Hal ini tidak mengherankan karena Surakarta dikenal sebagai salah satu pusatnya sejarah dan budaya di Jawa Tengah, bahkan Indonesia.
. Lokasinya berada di kompleks Keraton Surakarta, di sebelah barat Alun-alun Utara.
Melansir dari laman Pemkot Surakarta, Kamis (6/4/2023), Masjid ini merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Mataram Islam yang masih berfungsi hingga sekarang.
Berdirinya Masjid Agung Surakarta tidak lepas dari peristiwa pemindahan pusat Kerajaan Mataram Islam dari Kartasura ke Surakarta pada 17 Februari 1745 pada masa pemerintahan Pakubuwana II.
Pemindahan ini merupakan imbas dari peristiwa Geger Pecinan yang menyebabkan Keraton Kartasura hancur. Pembangunan masjid ini pun dilakukan bersamaan dengan pembangunan keraton baru di Surakarta.
Dari prasasti yang ada di dinding luar ruang utama Masjid Agung Surakarta diketahui bahwa masjid ini dibangun mulai tahun 1757 dan selesai diperkirakan pada 1768.Di masa pemerintahan Pakubuwono IV terjadi penambahan mustoko berbentuk paku bumi di puncak atap masjid. Penggantian tiang juga dilakukan pada tahun 1791 dari tiang berbentuk persegi menjadi tiang berbentuk bulat.Di masa Pakubuwana VII pada tahun 1850, serambi masjid diperluas dengan kolom-kolom bergaya doric dan lantai yang lebih rendah. Pagar tembok keliling masjid kemudian dibangun di tahun 1858.Pada masa pemerintahan Pakubuwono X, sebuah menara dibangun di halaman masjid. Untuk memudahkan penentuan waktu salat dibangun pula jam matahari. Selain itu, di tahun 1901 gapura utama diganti dengan gapura baru bergaya arsitektur Persia. Kolam air yang sebelumnya digunakan untuk bersuci diganti berbentuk pancuran atau keran.Penambahan terakhir dilakukan oleh Pemerintah Surakarta. Di area masjid dibangun perpustakaan, kantor pengelola dan poliklinik.Di masa lalu pengurus masjid merupakan anggota abdi dalem keraton. Tapi kini, hanya kepala pengurus masjid yang menjadi abdi dalem keraton.Hingga saat ini, Masjid Agung Surakarta masih menjadi pusat tradisi Islam di Keraton Surakarta. Berbagai ritual keagamaan seperti maulud nabi masih dilaksanakan di masjid ini.
Murianews, Surakarta – Ada banyak bangunan bersejarah yang terdapat di wilayah Kotamadya Surakarta atau juga dikenal dengan kota Solo, Jawa Tengah.
Hal ini tidak mengherankan karena Surakarta dikenal sebagai salah satu pusatnya sejarah dan budaya di Jawa Tengah, bahkan Indonesia.
Salah satu bangunan bersejarah yang masih lestari hingga sekarang adalah
Masjid Agung Surakarta. Lokasinya berada di kompleks Keraton Surakarta, di sebelah barat Alun-alun Utara.
Baca juga: Sejarah Masjid Agung Kebumen yang Sudah Berusia Hampir Dua Abad
Melansir dari laman Pemkot Surakarta, Kamis (6/4/2023), Masjid ini merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Mataram Islam yang masih berfungsi hingga sekarang.
Berdirinya Masjid Agung Surakarta tidak lepas dari peristiwa pemindahan pusat Kerajaan Mataram Islam dari Kartasura ke Surakarta pada 17 Februari 1745 pada masa pemerintahan Pakubuwana II.
Pemindahan ini merupakan imbas dari peristiwa Geger Pecinan yang menyebabkan Keraton Kartasura hancur. Pembangunan masjid ini pun dilakukan bersamaan dengan pembangunan keraton baru di Surakarta.
Dari prasasti yang ada di dinding luar ruang utama Masjid Agung Surakarta diketahui bahwa masjid ini dibangun mulai tahun 1757 dan selesai diperkirakan pada 1768.
Di masa pemerintahan Pakubuwono IV terjadi penambahan mustoko berbentuk paku bumi di puncak atap masjid. Penggantian tiang juga dilakukan pada tahun 1791 dari tiang berbentuk persegi menjadi tiang berbentuk bulat.
Di masa Pakubuwana VII pada tahun 1850, serambi masjid diperluas dengan kolom-kolom bergaya doric dan lantai yang lebih rendah. Pagar tembok keliling masjid kemudian dibangun di tahun 1858.
Pada masa pemerintahan Pakubuwono X, sebuah menara dibangun di halaman masjid. Untuk memudahkan penentuan waktu salat dibangun pula jam matahari. Selain itu, di tahun 1901 gapura utama diganti dengan gapura baru bergaya arsitektur Persia. Kolam air yang sebelumnya digunakan untuk bersuci diganti berbentuk pancuran atau keran.
Penambahan terakhir dilakukan oleh Pemerintah Surakarta. Di area masjid dibangun perpustakaan, kantor pengelola dan poliklinik.
Di masa lalu pengurus masjid merupakan anggota abdi dalem keraton. Tapi kini, hanya kepala pengurus masjid yang menjadi abdi dalem keraton.
Hingga saat ini, Masjid Agung Surakarta masih menjadi pusat tradisi Islam di Keraton Surakarta. Berbagai ritual keagamaan seperti maulud nabi masih dilaksanakan di masjid ini.