Rabu, 19 November 2025


Pada tahun 2004 lalu, terjadi bencana tsunami meluluhlantakan Kota Banda Aceh. Namun demikian, masjid bersejarah ini tetap berdiri tegak dan menjadi tempat berlindung banyak orang pada saat tsunami menerjang.

Melansir dari laman acehprov.go.id, Rabu (12/4/2023), Masjid Raya Baiturrahman (MRB) merupakan masjid pertama dibangun pada era Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M) ketika Aceh berada dipuncak kejayaannya. Hingga hari ini masih tegak dan keasliannya masih melekat pada masjid kebanggaan rakyat Aceh ini.

Baca juga: Sejarah Masjid Agung Nur Sulaiman Banyumas, Usianya Diperkirakan Lebih dari Dua Abad

MRB adalah sebuah bangunan persegi yang terbuat dari kayu, bentuk atapnya adalah piramida 4 (empat) berjenjang dengan atap meru, lebar berpinggul, bangunan masjid dikelilingi oleh beberapa lapis benteng.

Tahun 1889 pembangunan pertama MRB dengan gaya arsitektur Mughal nan indah dan religius berdiri kokoh di tengah pusat kota Kuta Raja hanya memiliki 1 (satu) kubah dimasa kejayaannya.

Seiring dengan populasi penduduk begitu meningkat tahun 1935, MRB kembali dipugar menjadi 3 (tiga) kubah yaitu penambahan dari arah sayap kiri dan dari arah sayap kanan masjid masing-masing satu kubah. Pasca Kemerdekaan NKRI tahun 1945, masyarakat dunia semakin membuka mata untuk Aceh dalam berbagai bidang seperti ekonomi, pertanian dan perdanganan sehingga pertumbuhan ekonomi dan perdagangan Aceh semakin membaik.
Pada tahun 1957 MRB kembali dipugar menjadi lima kubah sehingga MRB nampak religi, elegan, klasik dan megah. Tahun 1957 hingga 1991 MRB menjadi pusat perhatian dunia atas kedatangan berbagai pimpinan Negara untuk melihat dan melakukan berbagai kerja sama sehingga Aceh makin bertambah baik.Tahun 1991 MRB kembali dipugar menjadi 7 (tujuh) kubah dan 3 (tiga) menara, sehingga MRB menjadi 7 (tujuh) kubah dan 5 (lima) menara, hingga hari ini masih berdiri tegak di Kota Banda Aceh walaupun sudah pernah diterjang tsunami 2004.Bangunan MRB merupakan bangunan cagar budaya dunia dengan kontruksi luar dalamnya merupakan keaslian elemen bangunan dari zaman pra kemerdekaan. Diantara elemen keasliannya adalah kerawang pintu yang terbuat dari lempengan emas dan tembaga, tiang-tiang kecil dalam masjid dengan lapisan aslinya, GRC yang melekat pada bagian dinding eksisting yaitu kosen jendela berbentuk roda pada bagian luar dan bagian dalamnya terbuat dari kayu.Sedangkan profil ujung tombak area atap kubah terbuat dari lempengan logam tipis, yang paling menakjubkan lagi adalah bagian dalam kubah, rangka kayu aslinya tersusun begitu rapi dan berdiri tegak.Diharapkan keaslian rangka dan interiol MRB yang telah dinobatkan sebagai cagar budaya tetap terjaga dan terpelihara. Sudah saatnya MRB ada mesium sehingga para wisatawan yang datang ke Aceh dapat melihat langsung keaslian bangunan dan merintis memori dalam bentuk buku saku serta piagam penghargaan bagi pelancong yang datang ke Aceh untuk menyaksikan religinya MRB. 

Baca Juga

Komentar

Terpopuler