Jumat, 21 November 2025


Salah satunya adalah terjadinya konfrontasi Indonesia-Malaysia: Bentrokan besar antara gerilyawan Indonesia dan pasukan Malaysia di Sarawak, Borneo Britania pada tahun 1964.

Konfrontasi Indonesia–Malaysia atau Konfrontasi Borneo (juga dikenal dengan Bahasa Indonesia / Melayu, Konfrontasi) adalah konflik bersenjata dari tahun 1963 hingga 1966 yang bermula dari penentangan Indonesia terhadap pembentukan Federasi Malaysia. Setelah presiden Indonesia Soekarno digulingkan pada tahun 1966, perselisihan berakhir secara damai dan negara Malaysia terbentuk.

Baca juga: Catatan Sejarah dan Momen Penting Tanggal 12 Juni, Ini Daftarnya

Konflik tersebut merupakan perang yang tidak diumumkan dengan sebagian besar aksi terjadi di daerah perbatasan antara Indonesia dan Malaysia Timur di pulau Kalimantan. Konflik tersebut ditandai dengan pertempuran darat yang terkendali dan terisolasi, diatur dalam taktik brinkmanship tingkat rendah.

Pertempuran biasanya dilakukan oleh operasi seukuran kompi atau peleton di kedua sisi perbatasan. Kampanye infiltrasi Indonesia ke Kalimantan berusaha untuk mengeksploitasi keragaman etnis dan agama di Sabah dan Sarawak dibandingkan dengan Malaya dan Singapura, dengan maksud mengungkap negara yang diusulkan Malaysia.

Serangan awal Indonesia ke Malaysia Timur sangat bergantung pada sukarelawan lokal yang dilatih oleh Angkatan Darat Indonesia. Seiring waktu, pasukan infiltrasi menjadi lebih terorganisir dengan masuknya komponen pasukan Indonesia yang lebih substansial. Untuk mencegah dan mengganggu kampanye infiltrasi yang berkembang di Indonesia, Inggris merespons pada tahun 1964 dengan meluncurkan operasi rahasia mereka sendiri ke Kalimantan (Indonesia) dengan nama sandi Operasi Claret.

Bertepatan dengan Soekarno mengumumkan "tahun penuh bahaya" dan kerusuhan rasial Singapura 1964, Indonesia meluncurkan kampanye operasi yang diperluas ke Malaysia Barat pada 17 Agustus 1964, meskipun tanpa keberhasilan militer. Penumpukan pasukan Indonesia di perbatasan Kalimantan pada bulan Desember 1964 membuat Inggris mengerahkan pasukan yang signifikan dari Komando Strategis Angkatan Darat yang berbasis di Inggris dan Australia dan Selandia Baru mengerahkan pasukan tempur roulement dari Malaysia Barat ke Kalimantan pada tahun 1965–66.

Intensitas konflik mulai mereda menyusul kudeta Oktober 1965 dan jatuhnya kekuasaan Soekarno kepada Jenderal Soeharto. Negosiasi perdamaian yang serius antara Indonesia dan Malaysia dimulai pada Mei 1966, dan kesepakatan damai terakhir ditandatangani pada 11 Agustus 1966 dengan Indonesia secara resmi mengakui Malaysia.

Pada 1961, Kalimantan dibagi menjadi empat administrasi. Kalimantan, sebuah provinsi di Indonesia, terletak di selatan Kalimantan. Di utara adalah Kerajaan Brunei dan dua koloni Inggris; Sarawak dan Borneo Utara, kemudian dinamakan Sabah. Sebagai bagian dari penarikannya dari koloninya di Asia Tenggara, Inggris mencoba menggabungkan koloninya di Kalimantan dengan Semenanjung Malaya, Federasi Malaya dengan membentuk Federasi Malaysia.

Rencana ini ditentang oleh Pemerintahan Indonesia; Presiden Soekarno berpendapat bahwa Malaysia hanya sebuah boneka Inggris, dan konsolidasi Malaysia hanya akan menambah kontrol Inggris di kawasan ini, sehingga mengancam kemerdekaan Indonesia. Filipina juga membuat klaim atas Sabah, dengan alasan daerah itu memiliki hubungan sejarah dengan Filipina melalui Kesultanan Sulu.

Di Brunei, Tentara Nasional Kalimantan Utara (TNKU) memberontak pada 8 Desember 1962. Mereka mencoba menangkap Sultan Brunei, ladang minyak dan sandera orang Eropa. Sultan lolos dan meminta pertolongan Inggris. Dia menerima pasukan Inggris dan Gurkha dari Singapura. Pada 16 Desember, Komando Timur Jauh Inggris (British Far Eastern Command) mengklaim bahwa seluruh pusat pemberontakan utama telah diatasi, dan pada 17 April 1963, pemimpin pemberontakan ditangkap dan pemberontakan berakhir.

Filipina dan Indonesia resminya setuju untuk menerima pembentukan Federasi Malaysia apabila mayoritas di daerah yang hendak dilakukan dekolonial memilihnya dalam sebuah referendum yang diorganisasi oleh PBB. Tetapi, pada 16 September, sebelum hasil dari pemilihan dilaporkan. Malaysia melihat pembentukan federasi ini sebagai masalah dalam negeri, tanpa tempat untuk turut campur orang luar, tetapi pemimpin Indonesia melihat hal ini sebagai Persetujuan Manila yang dilanggar dan sebagai bukti kolonialisme dan imperialisme Inggris.

Berikut daftar sejarah lainnya tanggal 13 Juni, seperti dilansir dari Wikipedia:

ristiwa

313

Kaisar Romawi Konstantinus dan Valerius menandatangani Keputusan Milan di Kota Milan. Dalam perjanjian itu, sang kaisar menjamin kebebasan beragama bagi rakyat Romawi.

1886

Raja Ludwig II dari Bayern tenggelam di Danau Starnberg.

1917

Pasukan Jerman melancarkan serangan udara ke London, Inggris. Akibat serangan itu, 162 orang tewas dan 432 lainnya mengalami luka berat. Serangan tersebut merupakan serangan udara paling mematikan semasa Perang Dunia I.
1944V-1, peluru kendali pertama yang digunakan pada masa perang, dijatuhkan di London, Inggris.1964Konfrontasi Indonesia-Malaysia: Bentrokan besar antara gerilyawan Indonesia dan pasukan Malaysia di Sarawak, Borneo Britania.1982Pembukaan Piala Dunia FIFA 1982.1983Pioneer 10 melintasi orbit Neptunus dan menjadi benda buatan manusia pertama yang meninggalkan tata surya, walaupun belum melewati heliopause atau awan Oort.1996Garuda Indonesia Penerbangan 865 jatuh di Bandara Fukuoka 272 Selamat, 3 Tewas2000Presiden Korea Selatan (Korsel) Kim Dae-jung berkunjung ke ibu kota Korea Utara (Korut), Pyongyang. Kunjungan presiden Korsel ke Korut itu dalam rangka menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) antar-Korea. Pemimpin Korut Kim Jong-il juga hadir dalam konferensi yang kali pertama digelar kedua negara itu.2006Nota kebijakan untuk memperkuat dan memperluas hubungan bilateral yang luas antara Belanda dan Indonesia ditandatangani oleh menteri luar negeri kedua negara saat itu, Hassan Wirajuda dari Indonesia dan Bernard Bot dari Belanda.2008Pelantikan Ahmad Heryawan dan Dede Yusuf menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat masa bakti 2008-2013.2013Pelantikan Ahmad Heryawan menjadi Gubernur Jawa Barat dan Deddy Mizwar yang menggantikan Dede Yusuf menjadi Wakil Gubenur Jawa Barat masa bakti 2013-20182020Meninggalnya Pramono Edhie Wibowo, Kepala Staf TNI Angkatan Darat (2011–2013).

Baca Juga

Komentar

Terpopuler