Ini Sebab Bullying di Sekolah Seakan Abadi, Ayo Cegah Sekarang

Zulkifli Fahmi
Rabu, 27 September 2023 18:35:00


Murianews, Jakarta – Beberapa waktu terakhir ini, kasus perundungan atau bullying menjadi pemberitaan hangat di media. Salah satunya kasus perundungan yang dialami siswi SD di Gresik, Jawa Timur.
Akibat perundungan yang dialaminya, siswi tersebut sampai kehilangan penglihatan pada mata kanannya. Mata kanannya ditusuk tusukan cilok dalam perundungan yang diduga dilakukan kakak kelasnya itu.
Ini bukan satu-satunya kasus perundungan yang terjadi di sekolah. Masih banyak kasus perundungan lainnya di sekolah.
Psikolog anak Aninda mengatakan, perundungan di lingkungan sekolah memang masih terus terjadi. Menurutnya bisa jadi itu terjadi karena kurangnya atau bahkan tidak ada sama sekali aturan yang jelas terhadap pelaku perundungan.
”Misalnya, tidak semua tindakan bullying diselesaikan dengan tuntas. Misal hanya hukuman sepele seperti skorsing beberapa hari. Jadi pelaku merasa if I was lucky, I wouldn’t get arrested,” kata Aninda dikutip dari CNN Indonesia, Rabu (27/9/2023).
Menurutnya, dibutuhkan peran semua pihak untuk mengentaskan bahkan menghapus prilaku bullying atau perundungan itu. Ia menyebut, sekolah yang kerap menjadi tempat terjadinya bullying harus siap menjembatani kejadian dengan mendudukkan korban dan pelaku.
Dalam penanganan bullying di sekolah, lanjut Aninda, orang tua pelaku dan korban harus dilibatkan. Kehadiran orang tua diharapkan memberi efek jera terhadap pelaku. Perlu juga penggalian informasi mengapa pelaku bisa melakukan tindakan bullying.
”Pihak sekolah perlu menginformasikan kasus bullying kepada orang tua dari masing-masing anak, agar mereka bisa mengetahui hal-hal apa saja yang terjadi pada anak mereka di sekolah dan mengetahui juga sejauh mana pihak sekolah mengambil alih dalam permasalahan terkait bullying,” katanya.
Aninda berpendapat, salah satu faktor yang menyebabkan perilaku bullying tetap abadi karena masih adanya tindakan mewajarkan perilaku nakal pada anak.
”Dalam banyak kasus, anak kecil yang berbuat kenakalan masih dianggap wajar. Namanya juga anak-anak, wajar kalau nakal. Kira-kira demikian pemahaman yang beredar sejauh ini,” ujarnya.
Ia pun meminta orang dewasa, baik orang tua dan pihak sekolah tidak ikut-ikutan mewajarkan perilaku nakal anak pada pelaku bullying. Dengan menganggapnya wajar, maka seolah-olah tindakan perundungan yang dilakukan anak juga dianggap sebagai sesuatu yang normal.
”Padahal untuk membentuk perilaku baik pada anak, ya, harus dilakukan sedini mungkin,” katanya.
Bernadette Cindy, psikolog pendidikan anak dari Kancilku juga menyatakan hal serupa. Ia mengatakan, anggapan kenakalan bullying sebagai sifat alami anak merupakan hal yang salah.
”Tidak ada nakal yang wajar. Perilaku yang disebut nakal adalah perilaku yang tidak sesuai degan aturan dan normal di lingkungan tersebut,” kata dia.
Jika orang dewasa mewajarkan perilaku nakal, lanjut Bernadette, maka bisa jadi norma yang berlaku di lingkungannya adalah norma-norma yang mewajarkan kenakalan.
”Mungkin norma mereka menyimpang tidak seusai dengan kita. Jadi mewajarkan perundungan, yang sebenarnya sangat salah di masyarakat manapun,” kata dia.
Baca Juga
Komentar
Trending Topic
Terpopuler
