Ternyata Indonesia Pernah Dipimpin Pemuda Berusia 38 Tahun
Zulkifli Fahmi
Selasa, 17 Oktober 2023 15:10:00
Murianews, Kudus – Belakangan publik Indonesia digegerkan dengan gugatan batas usia minimal untuk mencalonkan diri sebagai Calon Presiden atau Calon Wakil Presiden (Capres-Cawapres).
Gugatan pun dilayangkan di MK. Meski menolak gugatan yang memuat perubahan batas minimal Capres-Cawapres, MK menerima gugatan syarat pencalonan seorang pemuda yang belum genap berusia 40 tahun namun berpengalaman menjadi kepala daerah di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.
Putusan itu pun sontak makin membuat ramai publik. Pasalnya ada sosok pemuda yang digadang-gadang dapat mencalonkan diri menjadi Cawapres. Sosok itu adalah Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka.
Gibran Rakabuming Raka saat ini masih berusia 37 tahun. Dengan putusan itu pun membuka lebar sosok tersebut untuk menjadi Cawapres, karena ia merupakan kepala daerah di tingkat kota/kabupaten.
Terlepas dari itu, Indonesia ternyata pernah dipimpin oleh seorang pemuda yang masih berusia 37 tahun. Meski tak disebut sebagai presiden, sosok tersebut telah memimpin Indonesia di masa-masa genting dulu.
Sosok tersebut adalah Sjafruddin Prawiranegara. Pahlawan bangsa kelahiran Banten, 28 Februari 1911 itu mendapat mandat menjadi pemimpin Indonesia saat Agresi Militer Belanda kedua, 19 Desember 1948 lalu.
Saat itu, Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia di Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda. Pemimpini Indonesia kala itu, Soekarno dan Muhammad Hatta ditawan oleh Belanda.
Melansir dari Wikipedia, Sjafaruddin Prawiranegara yang saat itu menjabat Menteri Kemakmuran Republik Indonesia pun mendapat mandat untuk memimpin Indonesia yang dikirimkan Soekarno-Hatta lewat telegram.
Sjafruddin Prawiranegara mulanya tak yakin memimpin negara di suasana genting itu. Ia kemudian menggelar rapat bersama para tokoh dikediaman Gubernur Sumatera saat itu, Teuku Muhammad Hasan.
Akhirnya, terbentuklah Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Bukittinggi, Sumatera Barat, 22 Desember 1948 dengan kepemimpinan Syafruddin. Syafruddin memilih gelar ’Ketua’ di PDRI karena kurang yakin atas mandatnya untuk menggunakan gelar ’Presiden’.
Kala itu, sebenarnya Soekarno-Hatta sempat mengirimkan telegram meski tidak sampai kepada Sjafruddin.
”Kami, Presiden Republik Indonesia memberitakan bahwa pada hari Minggu tanggal 19 Desember 1948 jam 6 pagi Belanda telah mulai serangannya atas Ibu-Kota Jogyakarta. Jika dalam keadaan Pemerintah tidak dapat menjalankan kewadjibannya lagi, kami menguasakan kepada Mr Sjafruddin Prawiranegara, Menteri Kemakmuran RI untuk membentuk Pemerintahan Darurat di Sumatra,” demikian bunyi telegram Soekarno.
Sejak itu PDRI menjadi musuh nomor satu Belanda. Tokoh-tokoh PDRI harus bergerak terus sambil menyamar untuk menghindari kejaran dan serangan Belanda.
Namun, masa pemerintahan ’Presiden’ Sjafrudin Prawiranegara sebagai pemimpin negara tidak berlangsung lama. Pada 13 Juli 1949, Sjafruddin menyerahkan mandat kembali kepada Presiden Soekarno di Yogyakarta.
Selain pernah memimpin Indonesia, Sjafarudin Prawiranegara juga merupakan tokoh yang mencetuskan Oeang Republik Indonesia (ORI) yang kini menjadi Rupiah. Ia pun menjadi Gubernur Bank Indonesia yang pertama.



