Kamis, 20 November 2025


Namun setelah 70 tahunan berdiri, Toko Gunung Agung memutuskan untuk menutup semua toko yang tersisa pada akhir 2023 ini.

Toko Buku Gung Agung sudah mulai mengalami kerugian dan menutup beberapa toko di berbagai daerah sejak pandemi Covid-19 mendera tahun 2020.

Laman resmi Toko Gunung Agung menulis jika asal usul Toko Buku Gunung Agung ini didirkan oleh Tjio Wie Tay (1927 - 1990), yang kemudian dikenal sebagai Haji Masagung pada 1953.

Haji Masagung, memulai kios sederhana yang menjual buku, surat kabar, dan majalah dengan nama kemitraan Thay San Kongsie di Jakarta Pusat.

Kompas.com, Senin (22/5/2023) yang mengutip buku Sejarah Perbukuan (2022) menyebut jika Thy San Kongsie merupakan kongsi dagang yang didirikan Haji Masagung bersama Lie Tay San dan The Kie Hoat.

Kongsi dagang ini dibentuk pada 1945 dengan bahan dagang utama yakni rokok. Namun pascakemerdekaan, permintaan buku saat itu sangat tinggi.

Sehingga kongsi dagang ini membuka toko buku impor. Toko buku yang kali pertama dibuka cukup sederhana dan berlokasi di Jakarta.

Meski demikian, toko buku ini menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi dibanding dagang rokok. Hingga akhirnya, usaha rokok dan bir yang dikelola kongsi ini pun ditutup.

Baca: Duh! Seluruh Toko Buku Gunung Agung Akan Tutup MassalSeiring perkembangan bisnis yang semakin besar dan kompleks di awal-awal pascakemerdekaan, Tjio Wie Tay atau Haji Masagung mendirikan Firma Gunung Agung pada 1953. perusahaan baru ini menerbitkan dan mengimpor buku.Haji Masagung pun mundur dari kongsi dagang yang didirikannya bersama dua kolegannya itu.Berdirinya Firma Gunung Agung ditandai dengan perhelatan pameran buku di Jakarta pada 8 September 1953. Saat itu, modal yang digunakan hanya Rp 500 ribu.Dengan modal itu Gunung Agung mampu mampu memamerkan 10.000 buku, jumlah yang sangat fantastis pada masa itu.Baca: Tiga Juta Buku Cetakan Pura Kudus Dikirim ke Derah TertinggalTahun berikutnya, Gunung Agung menggelar Pekan buku Indonesia. Pada momen ini Haji Masagung berkenalan dengan Soekarno-Hatta.Dari perkenalan ini, Gunung Agung dipercaya untuk menggelar pameran buku di Medan dalam rangka Kongres Bahasa tahun 1954. Bisnis Gunung Agung kemudian semakin membesar yang ditandai dengan pendirian gedung berlantai tiga di Jalan Kwitang Nomor 6.Gedung ini diresmikan langsung oleh Bung Karno pada 1963. Pada tahun yang sama, Tjoe Wie Tay mengubah namanya menjadi Masagung.

Baca Juga

Komentar

Terpopuler