Sejarah Paskibraka, Dicetuskan di Yogyakarta oleh Ajudan Soekarno
Ali Muntoha
Rabu, 16 Agustus 2023 16:26:00
Murianews, Jakarta – Pasukan Pengibar Bendera Pusaka atau Paskibraka yang akan bertugas dalam upcara HUT Kemerdekaan RI tahun 2023 sudah resmi dikukuhkan Presiden Joko Widodo (Jokowi), Selasa (15/8/2023). Para anggota Paskibraka ini merupakan putra-putri terbaik dari 38 provinsi di Indonesia.
Sejarah Paskibraka tercatat kali pertama tercetus di Yogyakarta. Pencetusnya yakni Mayor (Laut) Husein Mutahar, salah satu ajudan Presiden Soekarno pada 1946.
Gagasan pembentukan Paskibraka ini lahir saat menjelang HUT Kemerdekaan RI. Pada saat itu Ibu Kota Indonesia dipindah di Yogyakarta. Nama Paskibraka sendiri belum muncul saat itu.
Dikutip dari laman Badan Pembina Ideologi Pancasila (BPIP) RI, sejarah Paskibraka dimulai saat Soekarno memerinyahkan Husein Mutahar untuk menyiapkan pengibaran bendera pusaka di halaman Istana Gedung Agung Yogyakarta, untuk memeringai HUT kemerdekaan pada tahun 1946.
Pada saat itulah, di benak Husein Mutahar terlintas gagasan agar pengibaran bendera pusaka dilakukan oleh para pemuda dari seluruh penjuru Tanah Air. Alasannya karena para pemuda ini adalah generasi penerus perjuangan bangsa yang bertugas.
”Tetapi, karena gagasan itu tidak mungkin terlaksana, maka Mutahar hanya bisa menghadirkan lima orang pemuda (3 putra dan 2 putri) yang berasal dari berbagai daerah dan kebetulan sedang berada di Yogyakarta, salah satunya Siti Dewi Sutan Assin,” tulis artikel di laman BPIP.
Lima orang tersebut melambangkan Pancasila. Sejak itu, sampai tahun 1949, pengibaran bendera di Yogyakarta tetap dilaksanakan dengan cara yang sama.
Ketika Ibu kota Indonesia dikembalikan ke Jakarta pada tahun 1950, Husein Mutahar tidak lagi menangani pengibaran bendera pusaka. Pengibaran bendera pusaka pada setiap 17 Agustus di Istana Merdeka dilaksanakan oleh Rumah Tangga Kepresidenan sampai tahun 1966.
Selama periode itu, para pengibar bendera diambil dari para pelajar dan mahasiswa yang ada di Jakarta.
Paskibaraka di Zaman Soeharto
Pada saat Soeharto memimpin, gagasan awal Husein Mutahar tentang anggota Paskibraka yang harus berasal dari seluruh wilayah di Indonesia perlahan mulai terlaksana.
Setelah beberapa lama Husein Mutahar tak menangani Paskibraka, pada tahun 1967 Presiden Soeharto memanggilnya dan kembali ditugasi untuk menangani penyiapan Paskibraka.
Dengan ide dasar dari pelaksanaan tahun 1946 di Yogyakarta, dia kemudian mengembangkan lagi formasi pengibaran menjadi tiga kelompok yang dinamai sesuai jumlah anggota Paskibraka, yang merepresentasikan tanggal proklamasi kemerdekaan RI 17 Agustus 1945, yakni:
* Pasukan 17 atau yang dikenal dengan pengiring (pemandu)
* Pasukan 8 sebagai pembawa bendera (inti)
* Pasukan 45 sebagai pengawal
Pada tahap ini karena kondisi yang belum memungkinan Husein Mutahar belum mampu mengumpulkan para pemuda dari berbagai provinsi.
Husein Mutahar hanya melibatkan putra daerah yang ada di Jakarta dan menjadi anggota Pandu/Pramuka untuk melaksanakan tugas pengibaran bendera pusaka.
Rencana semula, untuk kelompok 45 (pengawal) akan terdiri dari para mahasiswa AKABRI (Generasi Muda ABRI) namun tidak dapat dilaksanakan. Usul lain menggunakan anggota pasukan khusus ABRI (seperti RPKAD, PGT, KKO, dan Brimob) juga tidak mudah.
Akhirnya diambil dari Pasukan Pengawal Presiden (Paswalpres) yang mudah dihubungi karena mereka bertugas di lingkungan Istana Kepresidenan Jakarta.
Baru pada tahun 1968, petugas pengibar bendera pusaka adalah para pemuda utusan provinsi. Tetapi karena belum seluruh provinsi mengirimkan utusan sehingga masih harus ditambah oleh eks-anggota pasukan tahun 1967.

Bendera Pusaka dan Bendera Duplikat
Pada tanggal 5 Agustus 1969, di Istana Negara Jakarta berlangsung upacara penyerahan duplikat Bendera Pusaka Merah Putih dan reproduksi Naskah Proklamasi oleh Suharto kepada Gubernur/ Kepala Daerah Tingkat I seluruh Indonesia.
Bendera duplikat mulai dikibarkan menggantikan Bendera Pusaka pada peringatan Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1969 di Istana Merdeka Jakarta. Mulai saat ini Bendera Pusaka bertugas mengantar dan menjemput bendera duplikat yang dikibar/diturunkan.
Mulai tahun 1969 itu, anggota pengibar bendera pusaka adalah para remaja siswa SLTA yang merupakan utusan dari seluruh provinsi di Indonesia, dan tiap provinsi diwakili oleh sepasang remaja putra dan putri.
Pada awal kemerdekaan belum ada nama resmi untuk pasukan pengibar bendera ini, baru pada tahun 1967 diberi nama Pasukan Pengerek Bendera Pusaka. Nama ini belaku hingga 1972.
Baru pada tahun 1973, Idik Sulaeman melontarkan suatu nama untuk Pengibar Bendera Pusaka dengan sebutan Paskibraka, yang merupakan singkatan dari Pasukan Pengibar Bendera Pusaka, nama itu dipakai hingga saat ini.



