Jumat, 17 Januari 2025

Mengenal Aksara Pegon, Warisan Nusantara dari Era Walisongo

Ali Muntoha
Sabtu, 23 Desember 2023 09:01:00
Mengenal Aksara Pegon, Warisan Nusantara dari Era Walisongo
Babad Diponegoro yang ditulis dalam aksara Pegon. (Koleksi Perpustakaan Nasional)

Murianews, Kudus – Aksara Pegon atau Arab Pegon sudah tidak asing lagi bagi kalangan pondok pesantren. Aksara ini banyak ditemukan dalam kitab-kitab dan digunakan dalam proses pengajaran di pesantren, terutama salaf.

Keberadaan aksara Arab Pegon ini merupakan warisan Nusantara, yang dipercaya mulai muncul seiring masuknya Islam di Jawa atau di zaman Walisongo.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Pegon merupakan aksara Arab yang digunakan untuk menuliskan bahasa Jawa, atau tulisan Arab yang tidak dengan tanda-tanda bunyi (diakritik) dan tulisan Arab gundul.

Sementara Marsono dalam buku ”Akulturasi Islam dalam Budaya Jawa”, aksara pegon secara sederhana merupakan huruf Arab yang sudah dimodifikasi untuk menuliskan bahasa Jawa, Melayu, dan Sunda.

Oleh karenanya, Arab Pegon juga sering disebut dengan istilah aksara gondhil atau gundul yang berarti tidak berharakat.

Dikutip dari NUOnline, Pegon berasal dari bahasa Jawa pego, yang berarti menyimpang atau serong (karena menyimpang dari literatur Arab maupun Jawa).

Arab Pegon merupakan huruf arab yang telah mengalami transliterasi dan diberi tanda tertentu, yang digunakan di pesantren untuk memaknai kitab kuning dengan metode bandongan. Guru membaca dan murid menulis.

Menurut suatu catatan, huruf Arab Pegon muncul sekitar tahun 1400 M yang digagas oleh Sunan Ampel di Pesantren Ampel Denta Surabaya.

Menurut pendapat lain, penggagas huruf Arab Pegon adalah Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati Cirebon. Ada juga yang mengatakan bahwa huruf Arab Pegon ini ditemukan oleh Imam Nawawi Banten.

Akan tetapi mayoritas santri dan kiai menyepakati bahwa aksara pegon mulai ada sejak era Walisongo, Sunan Ampel Surabaya. Dari Ampel kemudian mulai menyebar ke seluruh Nusantara dengan dialek, pelafalan dan tata cara penulisan yang disesuaikan dengan daerah setempat.

Aksara Pegon berwujud seperti huruf-huruf Arab. Namun, tidak menggunakan harakat layaknya tulisan Arab. Namun ada juga yang menggunakan harakat bila terjadi kerancuan dalam membacanya.

Wikipedia menulis abjad Arab asli tidak mendukung fonem-fonem bahasa Jawa seperti e atau o, ca, dha, tha, nga, pa, ga, dan nya. Pada akhirnya, di samping mengadopsi huruf-huruf asli Arab, di dalam Pegon ini juga mengadopsi abjad Persia yang memiliki fonem-fonem tersebut selain dha dan tha.

Huruf-huruf baru juga diciptakan, yang diyakini diturunkan dari abjad Persia seperti ca dan gaf. Huruf-huruf lainnya diyakini diciptakan berdasarkan huruf asli Arab, misalnya pa dari fa' yang diberi tiga titik, atau ca dari jim diberi tiga titik.

Saat ini Kementerian Agama (Kemenag) telah merampungkan penyusunan keyboard virtual aksara Pegon. Papan ketik virtual ini akan diluncurkan pada peringatan Hari Amal Bakti (HAB) ke-78 Kemenag pada 6 Januari 2024 mendatang.

Keyboard aksara Pegon ini akan bisa digunakan untuk berbagai perangkat digital, baik smartphone, laptop, dan lainnya.

Komentar

Terpopuler