
Murianews, Aceh – Aceh, sebagai daerah dengan mayoritas penduduk Muslim, memiliki tradisi unik yang masih dilestarikan hingga kini, yaitu ”Meugang”.
Tradisi ini, yang juga dikenal dengan sebutan Makmeugang, Haghi Mamagang, Uroe Meugang, atau Uroe Keuneukoh. Semua sebutan itu memiliki akar sejarah panjang dan makna yang mendalam bagi masyarakat Aceh.
Mengutip dari laman resmi Pemerintah Kota Aceh, tradisi Meugang diperkirakan telah ada sejak abad ke-14 M, seiring dengan penyebaran agama Islam di Aceh.
Menurut catatan sejarah, tradisi ini telah dilaksanakan sejak masa Kerajaan Aceh Darussalam. Pada masa itu, raja memerintahkan pembagian daging kepada fakir miskin dan dhuafa, yang biayanya ditanggung oleh kerajaan.
Seiring berjalannya waktu, tradisi Meugang terus dilestarikan oleh masyarakat Aceh, bahkan saat masa penjajahan Belanda. Tradisi ini menjadi bagian penting dari perayaan menyambut bulan Ramadan, Idulfitri, dan Idulada.
Meugang memiliki makna penting bagi masyarakat Aceh, sebagai wujud syukur dan kegembiraan menyambut hari-hari besar Islam. Pada hari Meugang, masyarakat Aceh menyajikan hidangan istimewa berupa daging sapi, kambing, ayam, atau bebek.
Tradisi Meugang biasanya dilaksanakan tiga kali dalam setahun, yaitu dua hari sebelum Ramadan, Idulfitri, dan Idulada. Masyarakat Aceh berbondong-bondong membeli daging di pasar, bahkan rela membayar harga yang lebih tinggi dari biasanya.
Tempat jualan daging Meugang...
- 1
- 2