Murianews, Kudus – Ada beragam catatan sejarah dan momen penting yang terjadi pada tanggal 25 Desember dari tahun ke tahun. Selain dari dalam negeri, ada banyak catatan sejarah yang terjadi di berbagai negara lainnya.
Salah satunya adalah Mikhail Gorbachev mengundurkan diri sebagai presiden Uni Soviet pada tahun 1991 (Uni Soviet sendiri lebur sehari setelahnya).
Mikhail Sergeyevich Gorbachev[e] (2 Maret 1931 – 30 Agustus 2022) adalah seorang politikus Rusia dan Uni Soviet yang menjadi pemimpin Uni Soviet kedelapan dan terakhir. Ia menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Partai Komunis Uni Soviet sejak tahun 1985 hingga 1991.
Sebagai Kepala Negara Uni Soviet dari 1988 sampai 1991, ia memegang jabatan Ketua Presidium Majelis Agung Uni Soviet dari 1988 sampai 1989, Ketua Majelis Agung Uni Soviet dari 1989 sampai 1990, dan satu-satunya Presiden Uni Soviet dari 1990 hingga pengunduran dirinya pada tahun 1991. Gorbachev pada awalnya menganut ideologi Marxisme–Leninisme sebelum berubah haluan ke demokrasi sosial pada awal 1990-an. Ia juga merupakan satu-satunya pemimpin Uni Soviet yang lahir di Uni Soviet, bukan Kekaisaran Rusia seperti pemimpin Uni Soviet lainnya.
Gorbachev terlahir pada sebuah keluarga petani miskin berlatar belakang Rusia dan Ukraina di Privolnoye, RSFS Rusia. Tumbuh pada masa kepemimpinan Josef Stalin, Gorbachev mengoperasikan pemanen kombinasi di lahan pertanian kolektif pada masa mudanya sebelum bergabung dengan Partai Komunis, yang saat itu memerintah Uni Soviet. Ketika menempuh studi di Universitas Negeri Moskwa, Gorbachev menikah dengan rekan mahasiswinya, Raisa Titarenko, pada tahun 1953 sebelum menerima gelar sarjana hukumnya pada tahun 1955. Berpindah ke Stavropol, Gorbachev bekerja di organisasi pemuda Komsomol dan, setelah kematian Stalin, menjadi pendukung keras reformasi de-Stalinisasi oleh Pemimpin Soviet Nikita Khrushchev.
Pada tahun 1970, ia ditunjuk menjadi Sekretaris Pertama Partai di Komite Regional Stavropol. Pada saat menjabat jabatan tersebut, Gorbachev mengawasi pembangunan Kanal Besar Stavropol. Gorbachev kembali ke Moskwa untuk menjadi Sekretaris Komite Pusat Partai pada tahun 1978 dan bergabung dengan Politbiro pada tahun 1979. Tiga tahun setelah kematian Leonid Brezhnev, yang diikuti dengan masa jabatan singkat Yuri Andropov dan Konstantin Chernenko, Politbiro pada tahun 1985 memilih Gorbachev menjadi Sekretaris Jenderal Partai, pemimpin de facto Uni Soviet.
Meskipun Gorbachev berkomitmen untuk mempertahankan keberlangsungan negara Soviet dan cita-cita Marxis-Leninisnya, Gorbachev yakin bahwa reformasi yang signifikan diperlukan, terutama setelah Bencana Chernobyl 1986. Ia menarik pasukan dari Perang Soviet–Afganistan dan mulai melakukan pertemuan tingkat tinggi dengan Presiden Amerika Serikat Ronald Reagan untuk membahas pembatasan senjata nuklir dan menyelesaikan Perang Dingin. Ia memulai kebijakan glasnost ('keterbukaan') untuk peningkatan kebebasan berbicara dan kebebasan pers serta kebijakan perestroika ('restrukturisasi') untuk mendesentralisasikan pembuatan keputusan ekonomi demi meningkatkan efisiensi.
Langkah-langkah demokratisasinya dan pembentukan Kongres Perwakilan Rakyat terpilih membuat Uni Soviet bukan lagi sebuah negara bersistem satu partai. Gorbachev juga menolak mengintervensi secara militer negara-negara Blok Timur yang meninggalkan pemerintahan komunisnya pada tahun 1989–1990. Di dalam negeri, sentimen nasionalis berkembang dan mengancam pembubaran Uni Soviet yang menyebabkan kaum Marxis–Leninis garis keras melancarkan Kudeta Agustus yang gagal kepada Gorbachev pada tahun 1991.
Setelah itu, Uni Soviet dibubarkan—bertentangan dengan keinginan Gorbachev—dan ia mengundurkan diri dari jabatannya. Setelah meninggalkan jabatannya, Gorbachev mendirikan Yayasan Gorbachev, menjadi kritik vokal bagi Presiden Rusia Boris Yeltsin dan Vladimir Putin, serta menyerukan gerakan demokratis sosial di Rusia.
Gorbachev dianggap secara luas sebagai salah satu tokoh paling penting pada paruh kedua abad ke-20. Seorang penerima berbagai penghargaan, termasuk Penghargaan Nobel Perdamaian, Gorbachev dipuji secara luas atas peran pentingnya dalam mengakhiri Perang Dingin, memperkenalkan kebebasan politik baru di Uni Soviet, serta menoleransi kejatuhan administrasi Marxis–Leninis di Eropa Timur, Eropa Tengah, dan reunifikasi Jerman. Sebaliknya, ia sering dicemooh di Rusia akibat mempermudah jalannya kejatuhan Uni Soviet, peristiwa yang menyebabkan berkurangnya pengaruh Rusia di mata internasional dan memicu terjadinya krisis ekonomi Rusia.
Berikut daftar sejarah lainnya tanggal 25 Desember, seperti dilansir dari Wikipedia:
6 SM
Kelahiran Yesus Kristus. Hari ke-359 (hari ke-360 dalam tahun kabisat) ini dikenal sebagai hari Natal bagi umat Kristen di seluruh dunia.
440
Natal pertama kali diselenggarakan.
800
Pengangkatan Charlemagne sebagai Kaisar Romawi Suci di Roma.
1066
Pengangkatan William Sang Penakluk sebagai raja Inggris, di Westminster Abbey, London.
1599
Kota Natal, Brasil didirikan.
1818
Penampilan pertama lagu Silent Night (Gereja St. Nikolaus di Oberndorf, Austria).
1868
Presiden AS Andrew Johnson memberikan pengampunan kepada semua pemberontak Perang Sipil AS.
1868
Republik Ezo didirikan di Hokkaido oleh para pemberontak pemerintahan Shogun.
1926
Hirohito menjadi Kaisar Jepang, menggantikan Kaisar Taisho.
1932
Gempa bumi berkekuatan 7.6 skala Richter di Gansu, Cina menewaskan kira-kira 70.000 orang.
1939
A Christmas Carol karya Charles Dickens dibacakan di radio untuk pertama kalinya (radio CBS).
1941
Hong Kong menyerah kepada Jepang.
1941
Jepang membom Lapangan Terbang Ulin, merupakan serangan pertama kalinya terhadap kedudukan Belanda di Kalimantan Selatan.
1947
Konstitusi Republik Tiongkok diberlakukan.
1977
Perdana Menteri Israel Menachem Begin bertemu dengan Presiden Mesir Anwar Sadat di Mesir.
1977
Meninggalnya Charlie Chaplin, aktor (l. 1889).
1989
Nicolae Ceauşescu, mantan diktator komunis Rumania, dihukum mati oleh pengadilan tak resmi dan dieksekusi.
1991
Mikhail Gorbachev mengundurkan diri sebagai presiden Uni Soviet (Uni Soviet sendiri lebur sehari setelahnya).
1998
Kerusuhan Poso berdarah di wilayah Sulawesi Tengah.