Minggu, 19 Januari 2025

Dosen UMK: Trauma Masa Lalu Bisa Picu KDRT

Muhamad Fatkhul Huda
Kamis, 29 Agustus 2024 15:05:00
Dosen UMK: Trauma Masa Lalu Bisa Picu KDRT
Dwi Astuti, Dosen Psikologi UMK saat mengisi seminar, (Murianews/istimewa)

Murianews, Kudus – Dosen Psikologi Universitas Muria Kudus (UMK), Dwi Astuti mengungkapkan bahwa trauma masa lalu dapat menjadi pemicu utama terjadinya Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Menurutnya, trauma yang dialami pelaku KDRT sering kali berasal dari pengalaman buruk pada masa kanak-kanak.

Dwi menjelaskan, kesalahan dalam pola pengasuhan, seperti child abuse, penelantaran, dan pengabaian secara psikologis, dapat memberikan dampak jangka panjang yang memengaruhi perkembangan mental anak hingga dewasa.

”Pola asuh yang salah, seperti membanding-bandingkan anak, tidak mendengarkan, menunjukkan pilih kasih, serta pengalaman broken home, bisa membekas hingga anak tumbuh dewasa,” ujar Dwi saat diwawancarai oleh Murianews.com pada Kamis (29/8/2024).

Ia menambahkan, trauma ini bisa membuat seseorang berkembang menjadi pribadi yang memiliki perilaku negatif dan tidak adaptif, yang akhirnya merugikan diri sendiri maupun orang lain.

Dalam banyak kasus, anak yang dulu menjadi korban pola asuh buruk dapat tumbuh menjadi pelaku KDRT karena belum mampu memaafkan atau berdamai dengan masa lalunya.

”Sering kali, anak yang mengalami trauma ini akan meniru perilaku yang mereka alami saat kecil. Ketika dewasa, mereka bisa menjadi pelaku KDRT karena belum bisa memaafkan atau berdamai dengan keadaan masa lalu,” jelasnya.

Dwi juga menyoroti jenis KDRT psikis yang kerap terjadi, seperti perselingkuhan. Ia menyebutkan, tindakan ini biasanya dilakukan oleh orang yang mengalami Narcissistic Personality Disorder (NPD), gangguan kepribadian yang membuat seseorang merasa sangat penting, membutuhkan pujian berlebihan, dan sering kali mengabaikan perasaan orang lain.

”Orang dengan gangguan NPD ini biasanya sangat pandai memutarbalikkan fakta dan selalu ingin dipenuhi keinginannya, tanpa memperhatikan dampaknya terhadap orang lain,” tambah Dwi.

Dari sudut pandang psikologis, pelaku KDRT sering kali memiliki gangguan kesehatan mental yang serius. Mereka kesulitan mengendalikan emosi, mengabaikan norma agama dan sosial, serta bersikeras memenuhi keinginan mereka tanpa mempedulikan akibatnya.

”Pelaku KDRT pada dasarnya belum berdamai dengan masalah pribadinya, dan akhirnya mereka mengorbankan anak dan pasangannya,” tegasnya.

Editor: Cholis Anwar

Komentar