Lokasinya di Dukuh Kauman, Desa Hadiwarno. Tak jauh dari Jalan Pantura Kudus-Pati, yakni sekitar 2 km dari perempatan SPBU Krawang Hadipolo.
Masjid ini dibangun sekitar abad ke-16 Masehi. Menariknya, beberapa bangunan masjid masih dijaga keasliannya.
”Ada dua versi yang berkembang, ada yang bilang ini didirikan Sunan Kudus ada juga Sunan Muria. Belum ada kepastian terkait hal itu, tapi yang jelas didirikan oleh wali,” ujar Muhammad Jamaah, Takmir Masjid Baitul Aziz pada Murianews.com, Sabtu (8/3/2025).
Lebih lanjut, Jamaah menjelaskan, para wali apabila membuat sebuah bangunan tidak akan diselesaikan jika sudah diketahui orang. Hal itu juga terjadi pada Masjid Baitul Aziz Hadiwarno.
Wali yang membangun masjid itu hanya sebatas Pengimaman, tembok kanan-kirinya, dan pintu masuk bagian tengah.
”Belum selesai, karena diketahui masyarakat akhirnya tidak dilanjutkan, itu kebiasaannya wali. Karena tidak selesai terus masyarakat yang menyelesaikan pembangunannya. Karena tidak mungkin kalau mau digunakan soal tapi bangunannya terbuka,” ujarnya.
Murianews, Kudus – Masjid Wali Baitul Aziz Hadiwarno, Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah dipercaya dibangun pada masa Wali Sanga.
Lokasinya di Dukuh Kauman, Desa Hadiwarno. Tak jauh dari Jalan Pantura Kudus-Pati, yakni sekitar 2 km dari perempatan SPBU Krawang Hadipolo.
Masjid ini dibangun sekitar abad ke-16 Masehi. Menariknya, beberapa bangunan masjid masih dijaga keasliannya.
Sampai sekarang, belum diketahui secara pasti siapa yang mendirikan masjid itu. Namun, masyarakat percaya bahwa yang mendirikan masjid itu adalah Wali Sanga.
”Ada dua versi yang berkembang, ada yang bilang ini didirikan Sunan Kudus ada juga Sunan Muria. Belum ada kepastian terkait hal itu, tapi yang jelas didirikan oleh wali,” ujar Muhammad Jamaah, Takmir Masjid Baitul Aziz pada Murianews.com, Sabtu (8/3/2025).
Lebih lanjut, Jamaah menjelaskan, para wali apabila membuat sebuah bangunan tidak akan diselesaikan jika sudah diketahui orang. Hal itu juga terjadi pada Masjid Baitul Aziz Hadiwarno.
Wali yang membangun masjid itu hanya sebatas Pengimaman, tembok kanan-kirinya, dan pintu masuk bagian tengah.
”Belum selesai, karena diketahui masyarakat akhirnya tidak dilanjutkan, itu kebiasaannya wali. Karena tidak selesai terus masyarakat yang menyelesaikan pembangunannya. Karena tidak mungkin kalau mau digunakan soal tapi bangunannya terbuka,” ujarnya.
Gapura Padureksan

Pada Masjid Baitul Aziz terdapat gapura padureksan yang merupakan pintu masuk di bagian tengah. Gapura itu memiliki ukiran Trisula Naga yang merupakan simbol dengan arti yakni tri adalah tiga, sula adalah enam, dan naga berarti delapan.
Apabila diruntut maka muncul angka 863 yang kemudian ditafsirkan sebagai tahun berdirinya masjid yakni 863 Hijriah. Tahun ini masih satu masa dengan Sunan Muria dam Sunan Kudus.
”Sampai saat ini tiga bagian itu masih asli belum pernah diubah sejak didirikan,” sebutnya.
Selain itu, terdapat juga sumur peninggalan wali yang membangun masjid. Sumur itu terletak di bagian depan masjid. Hingga saat ini sumur itu masih difungsikan sebagai mana mestinya.
Masjid Wali Baitul Aziz Hadiwarno sudah dilabeli sebagai cagar budaya yang harus dilestarikan.
Editor: Zulkifli Fahmi
