Mengenal Dalem Puspadiningratan, Bangunan yang Dibangun Sri Sultan Hamengku Buwono VII
Murianews
Sabtu, 25 Februari 2023 18:53:37
Salah satu bangunan bersejarah di Yogyakarta adalah
Dalem Puspadiningratan. Bangunan ini dibangun pada 1917 pada saat masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono VII.
Bangunan Cagar Budaya Dalem Puspadiningratan berada di Jalan Mayjen Sutoyo No. 60, Kelurahan Mantrijeron, Kapanewon Mantrijeron, Yogyakarta. Bangunan ini telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya melalui Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia Nomor. 89/PW.007/MKP/2011.
Baca juga: Mengenal Plengkung Gading, Bangunan Bersejarah di Jogja yang InstagramableMelansir dari laman kemdikbud.go.id, Sabtu (25/2/2023), dalem tersebut kemudian diberikan kepada putri Sultan HB VII yaitu GKR Bendara II yang menikah dengan KRT Puspadiningrat. Dalam pernikahan tersebut lahir putra satu–satunya yang diberi nama RM Kidatiyun yang diberi gelar nama seperti ayahnya (Nunggak Semi/Nglorot Asma) yaitu KRT Puspadiningrat.
Dalem Puspadiningratan saat ini sering digunakan untuk kegiatan kemasyarakatan dalam hal ini kegiatan kampung seperti kegiatan kesenian dan peringgatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Selain itu, juga untuk kegiatan rutin pertemuan Organisasi Tosan Aji Pametri Wiji dan untuk pertemuan rutin Khaul Sri Sultan Hamengku Buwono VII yang diadakan oleh Paguyuban Saptawandawa Trah Hamengku Buwono VII setiap malam Jumat Kliwon.
Bangunan ini merupakan bangunan tradisional seperti dalem-dalem yang lain, untuk memasuki halaman utama dalem, dari jalan raya kemudian melewati ngledekan (jalan masuk) kemudian melewati regol dengan bentuk atap limasan dan terdapat ruang untuk berjaga.
Memasuki halaman utama terlihat bangunan paviliun, bangunan-bangunan magersari dan bangunan utama Dalem Puspadiningratan. Terdapat seketeng atau pintu kecil yang ada di samping barat dan timur dalem, pintu ini untuk memasuki dari halaman depan ke halaman belakang dalem.Di sisi timur dalem bagian dalam terdapat bangunan gandok timur yang memanjang utara-selatan, yang saat ini dihuni oleh magersari. Bangunan utama Dalem Puspadiningratan, pada bagian depan terdapat kuncungan untuk pemberhentian kendaraan (pada saat itu adalah kereta), bagian pendapa dan pringgitan menyatu, untuk masuk ke area Dalem Ageng dari pringgitan melalui banyak pintu yang menggunakan pintu angin.Pada bagian Dalem Ageng ini lantainya sudah keramik bagian senthong tengah masih komplet, terdapat pesareyan dan loro blonyo (patung pengantin). Emper barat digunakan sebagai ruang keluarga, dan emper barat bagian luar digunakan sebagai dapur. Penulis: Dani AgusEditor: Dani AgusSumber: kebudayaan.kemdikbud.go.id
Murianews, Yogyakarta – Banyak sekali bangunan bersejarah yang ada di Yogyakarta. Meski demikian, selama ini masih banyak yang belum mengetahui sejarah yang terkait dengan pembangunan maupun fungsi dari bangunan bersejarah tersebut.
Salah satu bangunan bersejarah di Yogyakarta adalah
Dalem Puspadiningratan. Bangunan ini dibangun pada 1917 pada saat masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono VII.
Bangunan Cagar Budaya Dalem Puspadiningratan berada di Jalan Mayjen Sutoyo No. 60, Kelurahan Mantrijeron, Kapanewon Mantrijeron, Yogyakarta. Bangunan ini telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya melalui Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia Nomor. 89/PW.007/MKP/2011.
Baca juga: Mengenal Plengkung Gading, Bangunan Bersejarah di Jogja yang Instagramable
Melansir dari laman kemdikbud.go.id, Sabtu (25/2/2023), dalem tersebut kemudian diberikan kepada putri Sultan HB VII yaitu GKR Bendara II yang menikah dengan KRT Puspadiningrat. Dalam pernikahan tersebut lahir putra satu–satunya yang diberi nama RM Kidatiyun yang diberi gelar nama seperti ayahnya (Nunggak Semi/Nglorot Asma) yaitu KRT Puspadiningrat.
Dalem Puspadiningratan saat ini sering digunakan untuk kegiatan kemasyarakatan dalam hal ini kegiatan kampung seperti kegiatan kesenian dan peringgatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Selain itu, juga untuk kegiatan rutin pertemuan Organisasi Tosan Aji Pametri Wiji dan untuk pertemuan rutin Khaul Sri Sultan Hamengku Buwono VII yang diadakan oleh Paguyuban Saptawandawa Trah Hamengku Buwono VII setiap malam Jumat Kliwon.
Bangunan ini merupakan bangunan tradisional seperti dalem-dalem yang lain, untuk memasuki halaman utama dalem, dari jalan raya kemudian melewati ngledekan (jalan masuk) kemudian melewati regol dengan bentuk atap limasan dan terdapat ruang untuk berjaga.
Memasuki halaman utama terlihat bangunan paviliun, bangunan-bangunan magersari dan bangunan utama Dalem Puspadiningratan. Terdapat seketeng atau pintu kecil yang ada di samping barat dan timur dalem, pintu ini untuk memasuki dari halaman depan ke halaman belakang dalem.
Di sisi timur dalem bagian dalam terdapat bangunan gandok timur yang memanjang utara-selatan, yang saat ini dihuni oleh magersari. Bangunan utama Dalem Puspadiningratan, pada bagian depan terdapat kuncungan untuk pemberhentian kendaraan (pada saat itu adalah kereta), bagian pendapa dan pringgitan menyatu, untuk masuk ke area Dalem Ageng dari pringgitan melalui banyak pintu yang menggunakan pintu angin.
Pada bagian Dalem Ageng ini lantainya sudah keramik bagian senthong tengah masih komplet, terdapat pesareyan dan loro blonyo (patung pengantin). Emper barat digunakan sebagai ruang keluarga, dan emper barat bagian luar digunakan sebagai dapur.
Penulis: Dani Agus
Editor: Dani Agus
Sumber: kebudayaan.kemdikbud.go.id