Marak Gangster Remaja, Praktisi UMK Ungkap Cara Penanganannya
Murianews
Kamis, 26 September 2024 19:06:00
Murianews, Kudus – Marak aksi gangster remaja yang berbuat onar hingga melakukan tindak kekerasan. Fenomena itu juga menjadi perhatian Dosen Psikologi Universitas Muria Kudus (UMK), Ahmad Faqihuddin.
Menurutnya, fenomena itu terjadi karena pada fase remaja, seseorang mengalami emosi yang masih labil. Mereka masih mudah terpengaruh lingkungan skitar.
’’Pada usia awal remaja, mereka mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitar dan belum memiliki kestabilan mental yang diperlukan untuk membuat keputusan yang tepat,’’ ujarnya, Selasa (24/9/2024).
Menurutnya, keluarga memiliki peran peventif yang paling utama. Terutama, peranan keluarga dalam membentuk karakter remaja.
Ia menyebut, banyak remaja yang datang dari latar belakang keluarga yang kurang harmonis. Mereka lebih rentan terpengaruh oleh teman sebaya pada hal yang negatif.
’’Orang tua berperan penting dalam memberikan dukungan emosional dan komunikasi yang baik. Keluarga yang solid dapat membantu remaja memilih teman yang positif,’’ katanya.
Faqihuddin mengatakan media sosial juga memiliki pengaruh signifikan dalam membentuk perilaku kekerasan remaja. Paparan konten kekerasan, baik melalui video game maupun film, juga dapat menciptakan tindakan agresif.
’’Semua permasalahan ini bergantung pada kualitas pendidikan. Jika pendidikan diperhatikan, maka masalah sosial lainnya juga dapat diminimalisir. Dengan memberikan pendidikan yang baik, kita bisa membantu remaja memahami dampak dari tindakan mereka dan pentingnya memilih lingkungan yang positif,’’ ungkap Faqihuddin.
Dalam analisis perilaku remaja yang terlibat dalam aksi kekerasan, Faqihuddin menyarankan untuk memperhatikan orang-orang terdekat mereka. Pendekatan yang lebih humanis dan empatik diperlukan untuk mendukung remaja agar tidak berperilaku agresif.
’’Orang tua dan lingkungan sosial sangat berpengaruh. Jika hubungan dengan keluarga renggang, remaja cenderung mencari pengakuan dan dukungan di tempat lain,’’ tambahnya.
Faqihuddin menjelaskan stigma sosial terhadap pelaku kekerasan sering kali membuat mereka terisolasi. Masyarakat cenderung melihat pelaku kekerasan dengan ketakutan dan menganggap mereka sebagai ancaman, sehingga silaturrahmi terputus.
Dalam upaya mengatasi kekerasan remaja, Faqihuddin menyarankan strategi pendekatan yang lebih baik. Pendampingan psikologis, serta dukungan dari orang tua, dapat membantu remaja yang terjebak dalam lingkaran kekerasan.
’’Mereka sebenarnya hanya mencari cara untuk mengekspresikan diri. Dengan memahami faktor-faktor yang mendorong kekerasan remaja, diharapkan dapat ditemukan solusi yang efektif untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi generasi mendatang. Pendekatan yang tepat dan dukungan dari semua pihak adalah kunci untuk mencegah generasi muda terjebak dalam perilaku yang merugikan,’’ imbuhnya.
Penulis: Ivan Thoriq Ash-Shiddiqie
Editor: Zulkifli Fahmi