Mbah Ganjur, Penyebar Islam di Grobogan Berjuluk Godo Mustiko
Saiful Anwar
Rabu, 2 Agustus 2023 19:12:00
Murianews, Grobogan – Makam Abdurrahman Ganjur Godho Mustiko, atau Mbah Ganjur berada di kompleks Ponpes Miftahul Huda Ngroto, Kecamatan Gubug, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Mbah Ganjur disebut-sebut merupakan tokoh penyebar agama Islam di wilayah setempat.
Sejak awal 2023, makam Mbah Ganjur dibangun cukup megah di kompleks Ponpes tersebut. Peresmian pembangunan makam Mbah Ganjur dilakukan pada Rabu 19 Juli 2023 lalu yang dibarengkan dengan acara Majelis Zikir dan Maulidurrasul SAW dalam rangka Tahun Baru Islam 1445 Hijriyah.
Acara tersebut turut dihadiri Habib Ja’far Shodiq Al Munawar, Habib Yahya Al Jufri, Habib Muhammad Al Idrus, serta KH Moh Maghfuri. Turut hadir pula Forkompimda Grobogan, termasuk Bupati Grobogan Sri Sumarni. Ribuan jemaah mengikuti kegiatan tersebut.
Pemerhati Sejarah Grobogan Heru Herdono (69) menerangkan, Mbah Ganjur merupakan putra Syech Maulana Maghribi asal Persia yang menyebarkan agama di tanah Jawa. Namun demikian, dia mengakui ada versi lain tentang Syech Maulana Maghribi.
”Apakah Syech Maulana Maghribi yang makamnya di belakang masjid Demak itu memang makam beliau? Ada banyak versi tentang Syech Maulana Maghribi,” katanya Rabu (2/8/2023).
Heru yang kerap disapa Mbah Bedjo itu menjelaskan, Mbah Ganjur kecil bernama Abdurrahman saja. Dia ke tanah Jawa bersama ibunya, Nyai Syamsiyah untuk mencari ayahnya, dan mendarat di Cirebon.
Cirebon saat itu diperkirakan masih berupa hutan dan pegunungan. Di sana, keduanya bertemu Sunan Gunungjati. Keduanya kemudian diajak ke Demak.
”Oleh Sunan Gunungjati, mereka dibawa ke Demak yang pada saat itu sedang masa pembangunan Masjid Demak,” ujarnya.
Saat itu, usia Mbah Ganjur masih sekitar 6-7 tahun. Abdurrahman diajari mengaji oleh Sunan Kalijaga.
Mbah Ganjur saat itu mendapat perintah Sunan Kalijaga untuk menabuh gong sebagai tanda untuk para santri salat. Menabuh gong disebut juga mengganjur.
”Gongnya diganjur, karena itulah kemudian namanya jadi Abdurrahman Ganjur,” terangnya.
Abdurrahman Ganjur ketika itu juga ikut membangun masjid Demak. Kemudian, karena dia suka memukul pasak, dia mendapat julukan Godo Mustiko. Maka nama lengkapnya yakni Abdurrahman Ganjur Godo Mustiko.
”Ketika itu Mbah Ganjur ingin ikut mengajar mengaji. Dia kemudian diangkat Sunan Kalijaga menjadi marbot. Maka Mbah Ganjur ini marbot pertama di Masjid Demak, atau juga lurah masjid,” terang Mbah Bedjo.
Suatu hari, Mbah Ganjur teringat bahwa tujuannya ke Jawa adalah mencari sang ayah. Oleh Sunan Kalijaga, dia diminta menyusuri Sungai Tuntang.
”Sunan Kalijaga memberikan petunjuk agar Abdurrahman Ganjur menyusuri tuntang, dan menunggu di pohon glagah,’’ katanya lagi.
Mbah Ganjur pun kemudian benar-benar menyusuri Sungai Tuntang hingga menemukan pohon glagah yang dikelilingi pedukuhan yang rata atau roto. Di sana, dia benar-benar bertemu ayahnya, namun sebentar. Sebab, ayahnya ada keperluan ke Demak.
Pada saat bersamaan, ibu Mbah Ganjur atau istri Syech Maulana Maghribi juga ikut mencari suaminya. Namun, keduanya tidak bertemu, meskipun mungkin sebenarnya bersimpangan.
Mbah Ganjur pada akhirnya bertahan di tempat bertemu dirinya dengan sang ayah. Pedukuhan yang rata dan dikelilingi pohon glagah. Belakangan, dukuh tersebut menjadi Desa Ngroto hingga sekarang.
”Mbah Ganjur menyebarkan Islam di Ngroto. Beliau sering menunggu di pinggir kali dan mengajar agama pada warga setempat sehingga tidak terpikir untuk kawin atau disebut wadat. Beliau meninggal di Ngroto,” tandasnya.
Editor: Ali Muntoha



