Sisi Lain Ki Ageng Selo dengan Kesaktiannya Menangkap Petir
Saiful Anwar
Jumat, 26 September 2025 20:20:00
Murianews, Grobogan – Nama Ki Ageng Selo, sosok sakti yang dipercaya mampu menangkap petir, sangat melekat dalam ingatan masyarakat Jawa, khususnya di Kabupaten Grobogan. Legenda ini diwariskan secara lisan dari generasi ke generasi.
Di masyarakat, mayoritas masih meyakini bahwa Ki Ageng Selo benar-benar bisa menangkap petir. Mereka percaya Ki Ageng Selo merupakan wali yang diberi kesaktian oleh Allah.
Sebagian masyarakat, kini memiliki pandangan alternatif terkait sosok yang kini makamnya berada di Desa Selo, Kecamatan Tawangharjo, Grobogan itu. Menurut mereka, seorang yang mampu menangkap petir bertentangan dengan ilmu pengetahuan.
Penulis sejarah Grobogan, Badiatul Muchlisin Asti menjelaskan, cerita Ki Ageng Selo memiliki banyak tafsir. Disebutkan, dalam buku Ki Ageng Selo Menangkap Petir yang ditulis T. Wedy Oetomo tahun 1983, peristiwa penangkapan petir itu dianggap bukan kejadian sebenarnya.
”Penangkapan petir tentu bertentangan dengan realitas ilmiah. Itu semata-mata hanya sebagai bumbu ramuan penyedap masakan (cerita),” ujar dia dalam keterangan tertulis, Jumat (26/9/2025).
Asti menambahkan, dalam wawancaranya dengan juru kunci makam Ki Ageng Selo, Abdul Rakhim, dijelaskan petir yang ditangkap bukanlah petir pada umumnya. Melainkan makhluk ciptaan Allah yang menjelma dalam berbagai wujud.
”Salah satunya dalam bentuk seorang kakek tua renta. Disebutkan pula bahwa peristiwa penangkapan ’petir’ itu terjadi pada tahun 1521, bertepatan dengan wafatnya Pati Unus, Raja Demak kedua. Saat itu, Ki Ageng Selo masih berusia sekitar 20 tahun,” bebernya.
Makna kiasan...
Lebih lanjut, Asti memaparkan, tafsir lainnya datang dari literatur Jawa klasik. Dalam karya Soedjipto Abimanyu berjudul Intisari Kitab-kitab Adiluhung Jawa Terlengkap (2014), kisah Ki Ageng Selo menangkap petir dimaknai sebagai kiasan.
”Penangkapan petir sebenarnya adalah simbol kemampuan Ki Ageng Selo dalam mengendalikan hawa nafsu,” kata dia.
Hal itu juga ditegaskan R. Ng. Suradipura dalam Serat Tembang Andupura. Kiasan itu merupakan bentuk pujian atas sifat-sifat Ki Ageng Selo.
”Jadi itu pujian kepada Ki Ageng Selo karena sifanya yang berbudi luhur, tabah, gagah perkasa, pandai, dan sakti. Tingkah lakunya lembut, rendah hati, suka menolong yang menderita, bijaksana, serta mahir berbahasa dan sastra,” tandasnya.
Editor: Cholis Anwar



