Jumat, 17 Januari 2025

Mengupas Romantisme Dua Penulis Muda di Warkoba Kudus

Vega Ma'arijil Ula
Sabtu, 1 Juni 2024 12:18:00
Mengupas Romantisme Dua Penulis Muda di Warkoba Kudus
Bedah buku di Warung Kopi Baca (Warkoba), Dersalam, Kudus, Jumat (31/5/2024) malam. (Murianews/Istimewa).

Murianews, Kudus – Dua penulis muda asal Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, melahirkan karya sastra di penghujung Mei 2024. Karya mereka, berupa dua buku, dibedah dan didiskusikan di Warung Kopi Baca (Warkoba), Dersalam, Kudus, pada Jumat (31/5/2024) malam.

Agenda malam itu bertajuk ”Mikirin Karya”, sebuah gagasan kolaborasi antara Warkoba dengan komunitas kolektif Tikusputih.co. Acara ini membincangkan buku kumpulan puisi ”Berbagi Rokok Bersama Bapak” karya Afif Khoirudin Sanjaya dan ”Serupa Aksara” karya Nazrey Firmani.

Acara tersebut menghadirkan dua narasumber untuk membedah buku. Beni Dewa, pembedah pertama, menyampaikan bahwa karya sastra yang ditulis Firmani sangat layak dikembangkan menjadi novel.

”Saya kira menarik. Namun di sepertiga akhir terkesan tergesa-gesa. Ini akan jadi lebih lengkap ketika bisa dikembangkan menjadi sebuah novel,” ujar Beni.

Pria yang berprofesi sebagai jurnalis itu menilai, tidak ada kata berlebihan dalam penulisan sastra. Menurutnya, Firmani berhasil membangun cerita yang runtut dengan tokoh utama.

”Kisah-kisah yang ditulis Firmani semacam perjalanan cinta dengan mantan kekasihnya, dari awalnya tidak kenal hingga bisa menjalin sebuah hubungan berlatar kehidupan kampus,” tambahnya.

Senada dengan Beni, pembedah kedua, Siwi Agustin, menyebut ”Serupa Aksara” ditulis dengan bahasa yang jujur dan mudah dipahami.

”Dengan bahasa yang jujur, berlatar imaji tempat kos, kampus, dan peristiwa-peristiwa yang dirangkum cukup cepat,” ujarnya.

Pegiat seni di Teater Mina Tani Pati itu juga menyampaikan bahwa buku ini dapat dikemas ulang menjadi senandika atau dialihkan menjadi monolog.

”Saya memperagakan penulis sebagai tokoh berdiri di depan panggung, kemudian menceritakan ini lewat monolog,” terangnya.

Menurut Siwi, buku ini juga bisa lebih menarik ketika penulis membuat sekuel dalam cerita di buku tersebut.

”Harusnya tidak langsung menjadi buku, melainkan ada yang disisakan untuk tokoh cerita. Tentu akan menarik ketika dipotong menjadi sekuel, ditulis dengan jujur dari awal sampai akhir,” terangnya.

Beralih ke kumpulan puisi yang ditulis Afif pada 2021 lalu, Siwi menyebut karya Afif ini sangat merepresentasikan diri penulis. Dia melihat keberanian dari anak muda sangat kentara dalam puisi-puisi yang ditulis Afif, atau yang akrab disapa Apop.

”Keberanian Afif untuk menunjukkan jiwa mudanya, ketidakterimaannya, dan kejujuran perasaan yang dilampiaskan lewat umpatan dan bahasa sehari-hari,” jelas Siwi.

Siwi mengaku merasakan adanya pengalaman spiritual penulis pada saat pandemi dari kumpulan puisi setebal 114 halaman itu.

”Saya merasakan ini juga menjadi perjalanan spiritual Apop, dengan peristiwa yang padat sekali, termasuk sindiran namun tidak vulgar, umpatan, kedekatannya dengan sosok bapak,” ucapnya.

Komentar

Terpopuler