Praktik kotor yang sudah lama terjadi itu tentunya memberikan dampak yang negatif bagi dunia pendidikan. Sebab tak ada nilai kejujuran dan integritas yang terpupuk pada diri mahasiswa.
Fenomena itu memantik Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muria Kudus (UMK) Muthohar. Menurutnya, munculnya joki tugas maupun skripsi itu harus dibongkar dari akarnya.
Pemberian tugas dalam dunia pendidikan sendiri merupakan hal yang biasa. Namun terkadang, tugas yang diberikan justru tidak memiliki tujuan yang jelas.
Para mahasiswa justru akan menyepelekan tugas yang diberikan karena merasa hanya sekadar untuk dikumpulkan. Kondisi itu ditengarai menjadi alasan mahasiswa untuk memilih menggunakan jasa joki tugas.
’’Terkadang pengajar itu hanya memberi tugas tanpa tahu indikatornya apa, mengapa harus mengerjakan tugas ini sedangkan muridnya tidak diberi penjelasan materi maupun interaksi apapun. Ini tidak akan terjadi ketika dosen mampu membuat silabus yang baik dan tertata,’’ kata Muthohar, Jumat (26/7/2024).
Di sisi lain, penggunaan joki ini bisa jadi muncul dari diri mahasiswa itu sendiri. Mereka yang merasa kesulitan dan tak memiliki waktu mengerjakan, maka jalan pintasnya menggunakan jasa joki tugas.
’’Praktek ini dapat disebut sebagai bentuk kecurangan, sehingga ini harus jadi perhatian bersama. Adanya joki tugas ‘kan diawali dari adanya peluang, dari situ akarnya adalah mahasiswa merasa tidak mampu tapi ingin dapat nilai bagus,’’ jelas Muthohar.
Menurutnya, praktik seperti ini seolah menjadi bagian dari akademik yang sulit dihilangkan. Fenomena itu pun menjadi tantangan bagi seluruh akademisi agar tidak semakin mendominasi.
’’Salah satu caranya ya dengan melihat keaktifan mahasiswa di kelas, dari hasil tugasnya itu kan bisa ada interaksi antara dosen dan mahasiswa. Nah, dari situ pasti akan terlihat apakah benar hasilnya sendiri atau tidak,’’ ujarnya.
Murianews, Kudus – Fenomena joki tugas dan skripsi sudah tak asing di dunia pendidikan, terutama di perguruan tinggi. Dengan berbagai alasan, sejumlah oknum mahasiswa menggunakan jasa joki untuk mengerjakan tugas perkuliahannya, termasuk skripsi.
Praktik kotor yang sudah lama terjadi itu tentunya memberikan dampak yang negatif bagi dunia pendidikan. Sebab tak ada nilai kejujuran dan integritas yang terpupuk pada diri mahasiswa.
Fenomena itu memantik Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muria Kudus (UMK) Muthohar. Menurutnya, munculnya joki tugas maupun skripsi itu harus dibongkar dari akarnya.
Pemberian tugas dalam dunia pendidikan sendiri merupakan hal yang biasa. Namun terkadang, tugas yang diberikan justru tidak memiliki tujuan yang jelas.
Para mahasiswa justru akan menyepelekan tugas yang diberikan karena merasa hanya sekadar untuk dikumpulkan. Kondisi itu ditengarai menjadi alasan mahasiswa untuk memilih menggunakan jasa joki tugas.
’’Terkadang pengajar itu hanya memberi tugas tanpa tahu indikatornya apa, mengapa harus mengerjakan tugas ini sedangkan muridnya tidak diberi penjelasan materi maupun interaksi apapun. Ini tidak akan terjadi ketika dosen mampu membuat silabus yang baik dan tertata,’’ kata Muthohar, Jumat (26/7/2024).
Di sisi lain, penggunaan joki ini bisa jadi muncul dari diri mahasiswa itu sendiri. Mereka yang merasa kesulitan dan tak memiliki waktu mengerjakan, maka jalan pintasnya menggunakan jasa joki tugas.
’’Praktek ini dapat disebut sebagai bentuk kecurangan, sehingga ini harus jadi perhatian bersama. Adanya joki tugas ‘kan diawali dari adanya peluang, dari situ akarnya adalah mahasiswa merasa tidak mampu tapi ingin dapat nilai bagus,’’ jelas Muthohar.
Menurutnya, praktik seperti ini seolah menjadi bagian dari akademik yang sulit dihilangkan. Fenomena itu pun menjadi tantangan bagi seluruh akademisi agar tidak semakin mendominasi.
’’Salah satu caranya ya dengan melihat keaktifan mahasiswa di kelas, dari hasil tugasnya itu kan bisa ada interaksi antara dosen dan mahasiswa. Nah, dari situ pasti akan terlihat apakah benar hasilnya sendiri atau tidak,’’ ujarnya.
Muthohar mengingatkan, penggunaan jasa joki memberikan dampak yang negatif bagi penggunanya, yakni kecanduan dan rasa malas.
Bila terjadi, itu tentunya akan mempengaruhi kualitas dan integritas mahasiswa di masa depan. Sebab, mereka tidak berusaha menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya sendiri.
’’Meski nilai akan menjadi bagus ketika menggunakan jasa joki, namun saya pribadi lebih menghargai mahasiswa yang berusaha sendiri meski hasilnya tidak sebagus ketika menggunakan joki,’’ ucap Mutohar.
Ia berpesan, perubahan mindset tentang nilai dan kolaborasi antara mahasiswa dengan dosen sangat penting dalam membangun kualitas pendidikan.
Fenomena joki ini menjadi peringatan agar senantiasa menamankan sikap jujur dan integritas agar tercipta lingkungan pendidikan yang berkualitas.
Sementara itu, bagi pelaku jasa joki tugas, fenomena itu tentu menjadi ladang bisnis yang cukup menjanjikan. Bahkan, bisa dikatakan, menjadi joki tugas merupakan pekerjaan sampingan.
Salah seorang penyedia jasa joki di Kudus mengungkapkan, banyaknya waktu luang dan didukung dengan kemampuan di bidang akademik menjadi alasan seseorang menjadi joki.
’’Dulu pertama kali menjoki itu makalah milik teman kelas kemudian dia menyarankan membuka jasa joki tugas. Nah, kebetulan pada saat itu masih banyak luang jadi lumayan mengisi waktu dan sedikit banyak menghasilkan uang,’’ ucapnya, Kamis (25/7/2024).
Mulanya, ia hanya membuatkan makalah atau artikel saja. Namun, kini mulai berkembang untuk membuatkan bahan presentasi, materi, modul ajar, bahkan jurnal.
’’Mereka yang menggunakan jasanya pun memiliki motif yang berbeda, entah karena malas, ada kesibukan lain, atau punya tugas yang bertumpuk-tumpuk,’’ ujarnya.
Penulis: Fitria Dwi Astuti (Mahasiswa Magang UMK)
Editor: Zulkifli Fahmi