Rabu, 19 November 2025

 

Dunia militer Indonesia sering menilai Soesalit adalah Jendral yang kekiri-kirian. Namun semuanya tidak terbukti, ketika dirinya ikut bergerilya di masa Agresi Militer Belanda ke-2.

Penilaian-penilaian itu mungkin dihubung-hubungkan dengan beberapa fakta mengenai hubungan dengan sejumlah saudaranya. Soesalit merupakan saudara se-ayah dengan Abdulmadjid Djojoadhiningrat, yang merupakan tokoh Perhimpunan Indonesia dan Partai Sosialis Indonesia.

Kemudian Soesalit juga diketahui mebantu membiayai sekolah kedokteran Soetanti, keponakannya yang kelak menjadi istri D. N. Aidit. Itu karena Soesalit merupakan saudara sepupu Raden Mas Moedigdo yang merupakan ayah dari Soetanti.

Meski demikian tidak ada bukti-bukti yang mengarah bahwa Jenderal Soesalit adalah bagian dari kekuatan komunis di Indonesia. Karir militernya memang bisa dikatakan tenggelam sejak munculnya isu-isu tersebut.

Namun setelah Agresi Belanda ke-2, namanya bisa dikatakan telah berhasil direhabilitasi dari isu-isu tersebut. Selanjutnya Soesalit diketahui mengalami penyakit komplikasi dan membuatnya harus dirawat di RSPAD Jakarta.

Pada tanggal 17 Maret 1962, Soesalit meninggal dalam perawatan sakitnya. Putera Kartini ini juga hanya berputra satu hasil pernikahanya dengan Siti Loewijah, seorang puteri priyayi asal Tegal.

Dari pernikahannya dengan Siti Loewijah, Jendral Soesalit mendapatkan seorang putra Boedi Setya Soesalit. Soesalit sendiri dimakamkan di Desa Bulu, Rembang, di kompleks pemakaman RA Kartini.

Sebagai salah satu tokoh militer di Indonesia, Soesalit tetap mendapatkan penghormatan atas jasa-jasanya. Pada 21 Apri 199, pemerintah Indonesia memberikan penghargaan Bintang Gerilya pada dirinya.

Komentar

Terpopuler