Dari hasil pernikahan dengan Sri Bidjatini ini, lahirlah lima orang anak yang merupakan cicit dari Kartini. Oleh orang tuanya, mereka dinamai dengan Kartini, Kartono, Rukmini, Samimun, dan Rachmat.
Diungkapkan oleh Ahmad Marzuki, lima orang cicit RA Kartini ini menderita autisme. Seperti yang diketahuinya, anak turun Kartini ini tinggal di Parung Bogor, Jawa Barat.
Boedhy Soesalit sendiri disebutkan sudah meninggal dunia pada usia 57 tahun. Sejak itu, istrinya, Sri Bidjatini harus berjuang sendirian menghidupi anak-anaknya.
Hal itu tentu saja menjadi sangat berat bagi Sri Bidjatini, yang harus menghidupi anak-anaknya. Dari semua cicit Kartini, hanya cicit pertamanya yang memiliki kehidupa lumayan.
Pemkab Jepara, melalui inisiatif Wakil Bupati Jepara Subroto (Almarhum) sempat berupaya memberikan perhatian kepada mereka. Saat itu Subroto menyatakan siap membiayai kuliah keturunan Kartini yang masih ada.
Namun, soal ini tidak ada kejelasan lagi, setelah Subroto meninggal dunia. Informasi lainnya menyebut, Pemerintah RI melalui Kementrian PU pernah menyatakan akan memberikan bantuan membangkan rumah mereka di Parung, Bogor, Jawa Barat.
Kemudian saat Anies Baswedan menjabat sebagai Mendikbud, juga disebutkan siap membantu memberikan beasiswa. Namun sampai saat ini, semuanya belum ada kejelasan.
Nasib anak turun Kartini, pada akhirnya memang menjadi sebuah Ironi. Disaat Kartini selalu dikenang dan diakui jasa-jasanya bagi Indonesia dan dunia, anak turunnya menghadapi kesulitan dalam kehidupannya.
Murianews, Jepara – Dalam kehidupannya di dunia yang hanya selama 25 tahun, Kartini adalah sosok yang termasyur. Namun bagaimana dengan anak keturunannya?
Kartini dengan pemikiran-pemikirannya tentang emansipasi wanita diakui oleh dunia. Belanda, yang menjajah Indonesia merupakan salah satu yang menghormati kiprah perjuangan RA Kartini.
Nama bangsawan Jawa asal Jepara, Jawa Tengah ini bahkan diabadikan sebagai nama sebuah jalan. Di Den Hag, salah satu kota terbesar di Belanda, ada tersemat nama Kartini sebagai nama salah satu jalan di sana.
Bagi Indonesia, jasa Kartini jelas mendapatkan tempat yang luas bagi rakyatnya. Hampir di semua kota di Indonesia selalu ada nama jalan dengan menggunakan nama Kartini.
Semua tidak lain untuk mengenang dan terus menghidupkan pemikirannya tentang kesamaan hak perempuan.Namun dibalik kebesaran dan kemasyuran nama Kartini, ternyata hal itu tidak berlaku untuk anak turun Kartini.
Keturunan Kartini atau RA Kartini, ternyata tidak bernasib gemilang seperti kecemerlangan tokoh wanita asal Jepara itu. Sebuah ironi, setidaknya terjadi pada anak turun Kartini sampai saat ini.
Mantan Bupati Jepara, Ahmad Marzuki, dalam sebuah kesempatan pernah menceritakan kondisi keturunan RA Kartini. Dalam sebuah wawancara dengan sejumlah media, Ahmad Marzuki menguak bagaimana ironi yang harus dialami keturunan Kartini.
Menurut Ahmad Marzuki, RA Kartini hanya punya satu putra semata wayang, pada diri Raden Soesalit. Setelah empat hari melahirka Soesalit, Kartini meninggal dunia.
Sejak saat itu, Raden Soesalit disebutkan mendapatkan pengasuhan oleh neneknya. Setelah dewasa, Soesalit kemudian diketahui terjun di dunia militer hingga akhirnya mecapai pangkat Mayor Jenderal.
Menurut catatan sejarah, adanya reorganisasi di TKR (TNI-sekarang) saat itu, pangkat Soesalit diturunkan menjadi Kolonel. Presiden Soekarno bahkan dikabarkan memiliki hubungan dekat dengan Soesalit.
Soesalit bahkan disebut-sebut menjadi salah satu jenderal kesayangan Presiden Soekarno. Pada masa itu Soesalit merupakan salah satu jenderal yang disegani sebelum akhirnya banyak perubahan politik yang membuat karir militernya terpengaruh.
Masih dituturkan oleh Ahmad Marzuki, Soesalit pada akhirnya juga hanya memiliki satu putra tunggal pada diri Boedhy Setia Soesalit. Boedhy kemudian menikah dengan Sri Bidjatini.
Cicit Kartini.....
Dari hasil pernikahan dengan Sri Bidjatini ini, lahirlah lima orang anak yang merupakan cicit dari Kartini. Oleh orang tuanya, mereka dinamai dengan Kartini, Kartono, Rukmini, Samimun, dan Rachmat.
Diungkapkan oleh Ahmad Marzuki, lima orang cicit RA Kartini ini menderita autisme. Seperti yang diketahuinya, anak turun Kartini ini tinggal di Parung Bogor, Jawa Barat.
Boedhy Soesalit sendiri disebutkan sudah meninggal dunia pada usia 57 tahun. Sejak itu, istrinya, Sri Bidjatini harus berjuang sendirian menghidupi anak-anaknya.
Hal itu tentu saja menjadi sangat berat bagi Sri Bidjatini, yang harus menghidupi anak-anaknya. Dari semua cicit Kartini, hanya cicit pertamanya yang memiliki kehidupa lumayan.
Pemkab Jepara, melalui inisiatif Wakil Bupati Jepara Subroto (Almarhum) sempat berupaya memberikan perhatian kepada mereka. Saat itu Subroto menyatakan siap membiayai kuliah keturunan Kartini yang masih ada.
Namun, soal ini tidak ada kejelasan lagi, setelah Subroto meninggal dunia. Informasi lainnya menyebut, Pemerintah RI melalui Kementrian PU pernah menyatakan akan memberikan bantuan membangkan rumah mereka di Parung, Bogor, Jawa Barat.
Kemudian saat Anies Baswedan menjabat sebagai Mendikbud, juga disebutkan siap membantu memberikan beasiswa. Namun sampai saat ini, semuanya belum ada kejelasan.
Nasib anak turun Kartini, pada akhirnya memang menjadi sebuah Ironi. Disaat Kartini selalu dikenang dan diakui jasa-jasanya bagi Indonesia dan dunia, anak turunnya menghadapi kesulitan dalam kehidupannya.
