Sebagai pejuang republik, Kusni Kasdut akhirnya malah menjadi penjahat setelah kemerdekaan Indonesia. Revolusi di tanah air tidak memberi dirinya kehidupan yang lebih baik, hingga akhirnya Kusni Kasdut memilih jalannya sendiri.
Setelah merasa perjuangannya tidak dihargai, Kusni bergabung dengan rekan sesama bekas pejuang di Surabaya. Kemudian bersama rekan-rekannya yang juga merasa kecewa, mereka melakukan aksi kejahatan.
Kusni melakukan pemerasan dengan modus penculikan saudagar kaya di Surabaya. Mereka berhasil mendapat uang Rp 600.000,00 (Jumlah yang tidak kecil pada zaman itu).
Hasil pemerasan itu dibagikan Kusni Kasdut secara merata kepada sesama rekan pejuang, yang mengalami nasib sama seperti dirinya. Selain itu, dia juga membagikannya kepada kaum miskin yang ditemuinya.
Sejak itulah, Kusni Kasdut dikenal sebagai penjahat yang dicintai masyarakat miskin. Hingga di aksi-aksi selanjutnya, Kusni Kasdut semakin dikenal sebagai penjahat sadis tak kenal ampun.
Salah satu aksi brutalnya adalah saat Kusni bersama komplotan Bir Ali (Muhammad Ali) asal Cikini Kecil, Menteng, Jakarta Pusat, merampok warga keturunan Arab bernama Ali Badjened pada 1960.
Murianews, Kudus – Kusni Kasdut, penjahat legendaris Indonesia, meninggalkan kisah yang hingga kini terus dikenang. Sosok ini adalah penjahat yang juga dianggap pahlawan bagi masyarakat kecil.
Sebagai pejuang republik, Kusni Kasdut akhirnya malah menjadi penjahat setelah kemerdekaan Indonesia. Revolusi di tanah air tidak memberi dirinya kehidupan yang lebih baik, hingga akhirnya Kusni Kasdut memilih jalannya sendiri.
Di kalangan penegak hukum Indonesia, nama Kusni Kasdut mencuat karena kesadisan dan kekejamannya. Selain itu, Kusni Kasdut sempat beberapa kali berhasil melarikan diri dari penjara.
Setelah merasa perjuangannya tidak dihargai, Kusni bergabung dengan rekan sesama bekas pejuang di Surabaya. Kemudian bersama rekan-rekannya yang juga merasa kecewa, mereka melakukan aksi kejahatan.
Kusni melakukan pemerasan dengan modus penculikan saudagar kaya di Surabaya. Mereka berhasil mendapat uang Rp 600.000,00 (Jumlah yang tidak kecil pada zaman itu).
Hasil pemerasan itu dibagikan Kusni Kasdut secara merata kepada sesama rekan pejuang, yang mengalami nasib sama seperti dirinya. Selain itu, dia juga membagikannya kepada kaum miskin yang ditemuinya.
Sejak itulah, Kusni Kasdut dikenal sebagai penjahat yang dicintai masyarakat miskin. Hingga di aksi-aksi selanjutnya, Kusni Kasdut semakin dikenal sebagai penjahat sadis tak kenal ampun.
Salah satu aksi brutalnya adalah saat Kusni bersama komplotan Bir Ali (Muhammad Ali) asal Cikini Kecil, Menteng, Jakarta Pusat, merampok warga keturunan Arab bernama Ali Badjened pada 1960.
Ali Badjened dirampok.....
Ali Badjened dirampok sore hari ketika keluar dari rumahnya di kawasan Awab Alhajiri atau Jalan KH Wahid Hasyim, Kebon Sirih. Badjened tewas bersimbah darah diberondong peluru yang ditembak dari dalam mobil jip yang dikendarai oleh Kusni Kasdut.
Aksi Kusni Kasdut yang paling fenomenal adalah ketika bersama komplotannya melakukan perampokan di Museum Nasional (Museum Gajah) di Jakarta. Saat itu dirinya berhasil menggondol perhiasan emas dan 11 berlian senilai Rp 2,5 Miliar.
Jumlah yang saat itu tak terbilang tentu saja. Sontak kejadian ini menjadikan Kusni Kasdut menjadi penjahat paling dicari di Republik. Semua Polisi diminta mengendus keberadaannya.
Kusni Kasdut akhirnya berhasil ditangkap di Surabaya, saat akan menjual sisa hasil rampokannya. Sebelumnya dirinya berhasil menjual secara bertahap hasil rampokannya.
Sempat akan melarikan diri, Kusni akhirya tertembak pada kaki kirinya. Berikutnya dia dijebloskan di Lowokwaru, Malang, Jawa Timur. Pada 1964 Kusni Kasdut divonis hukuman mati.
Sambil menunggu eksekusi, penjahat legendaris ini sempat berpindah-pindah penjara. Selain itu Kusni Kasdut juga sempat beberapa kali berhasil kabur dari penjara.
Pelarian terakhirnya terjadi pada 10 September 1979 sebelum berhasil ditangkap kembali pada 17 Oktober 1979. Sampai akhirnya pada tanggal 16 Febuari 1980, Kusni Kasdut dieksekusi oleh regu tembak.