Disdikpora Kudus Godok Kurikulum Mulok Gusjigang, Juli Diterapkan
Murianews
Jumat, 17 Mei 2024 14:42:00
Murianews, Kudus — Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kudus mengembangkan kurikulum muatan lokal (mulok) Bahasa Jawa dengan menambahkan falsafah Gusjigang. Rencananya, mulok Gusjigang ini akan diterapkan Juli mendatang, saat masuk ajaran baru.
Kepala Seksi Kurikulum pada Disdikpora Kudus Maulana Majid mengatakan, mulok Gusjigang pada Bahasa Jawa ini akan diterapkan pada jenjang Sekolah Dasar (SD) dan SMP sederajat. Dalam penerapannya, kurikulum ini akan ditekankan pada kearifan lokal budaya jawa, khususnya kekhasan Kabupaten Kudus.
”Mulok Gusjigang ini tidak akan menambah beban belajar siswa. Karena masuk dalam muatan lokal bahasa Jawa,” katanya kepada Murianews.com.
Ia menjelaskan, berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Kudus Nomor 5 Tahun 2021 tentang Penguatan Pendidikan Karakter, setidaknya ada 22 nilai yang dimasukkan dalam pembelajaran sekolah.
Beberapa di antaranya religius, kejujuran, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif dan inovatif, gotong royong, berbakti pada orang tua. Nilai ini telah masuk pada pembelajaran di SD dan SMP.
”Mulok Gusjigang disusun agar mencerminkan bahwa masyarakat Kudus itu religius, berbudi luhur, dan berjiwa wirausaha dan sesuai dengan 22 nilai tersebut. Kurikulum Mulok ini akan disesuaikan di tiap jenjangnya. Baik dari SD hingga SMP, sehingga siswa tak akan merasa terbebani dengan pembelajarannya,” ungkapnya.
Sesuai falsafahnya, lanjut Majid, Gusjigang merupakan akronim Bagus, Ngaji, dan Dagang. Bagus, dalam filosofi Gusjigang merupakan cerminan dari karakter, dan tata krama. Bila disinkronkan dengan pembelajaran siswa SD dan SMP, maka tambahan muatan lokal di bahasa Jawa ini masuk ke unggah-ungguh atau tata krama.
”Budaya Jawa sudah makin tergerus zaman. Kurikulum Mulok Gusjigang bisa bantu siswa memiliki karakter yang luhur,” ujarnya.
Selanjutnya untuk makna ngaji, bukan hanya tentang baca tulis alquran saja. Karena akan disesuaikan dengan masing-masing pemeluk agama.
”Jadi, ngaji di sini sifatnya lebih universal. Religius. Sebab agama tak cuma Islam saja. Jadi fokus kami adalah menumbuhkan nilai religius siswa,” tegasnya.
Sedangkan dagang disesuaikan dengan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yang diimplementasikan berupa Market Day. Yaitu dari siswa untuk siswa.
Misalnya, siswa ditugaskan untuk membawa barang yang bisa dijual, entah itu alat tulis atau apapun yang bisa dijual. Atau siswa membawa karya mandiri yang bisa dijual di market day.
”Sedangkan di jenjang SMP, diharapkan mereka bisa membuat produk sendiri. Entah itu berupa anyaman, makanan, atau minuman. Jadi, pada jenjang ini siswa akan diajarkan mulai dari produksi, hingga penjualan,” tambahnya.
Reporter: Annisa Rizky Madina
Editor: Supriyadi