’’Setelah wafat, Raden Ayu Melati dimakamkan di Mlati Kidul,” ucap Nasikun juru kunci makam Raden Ayu Mlati.
Umar Yunani, Kasi Pemerintahan Desa Mlati Lor mengatakan Desa Mlati Lor berdiri sejak 1945 dengan kepala desa pertama bernama Ali Nasikin.
Meskipun administratifnya kecil, Mlati Lor tetap terhubung dengan sejarah panjang dan nilai-nilai spiritual yang diyakini oleh penduduknya.
Tradisi ziarah dan penghormatan terhadap punden masih menjadi bagian integral kehidupan masyarakat hingga saat ini.
Mlati Lor, sebagai desa dengan warisan sejarah dan religius yang kaya. Ada sejumlah penyebar agama Islam maupun tokoh yang dihormati dimakamkan di sana.
Murianews, Kudus – Desa Mlati Lor terletak di Kecamatan Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Meskipun kecil, desa ini memiliki sejarah panjang dan nilai-nilai religius yang kuat.
Mlati Lor dulunya bagian dari Desa Mlati yang kemudian dibagi menjadi tiga wilayah. Dua wilayah lainnya yakni Desa Mlati Kidul dan Kelurahan Mlati Norowito.
Pemisahan itu disebut terjadi kala Pemerintahan Belanda masih menduduki Indonesia. Namun literatur mengenai waktu pastinya masih belum ditemukan.
Nama Mlati Lor merupakan frase dari kata Mlati dan Lor. Mlati dari nama desa ini, berasal dari sosok legendaris Raden Ayu Melati atau Raden Ayu Kuning.
Ia merupakan putri dari Prabu Brawijaya V, raja terakhir Kerajaan Majapahit. Raden Ayu Mlati juga salah satu santriwati Sunan Kudus atau Syekh Ja’far Shodiq.
Kemudian, kata ’’Lor’’ karena desa ini berada di bagian utara dari Desa Mlati yang akhirnya dipisah menjadi tiga wilayah itu.
Juru Kunci Makam Raden Ayu Mlati, Nasikun mengatakan, saat nyantri di Sunan Kudus, Raden Ayu kemudian dipersunting Sunan Kudus untuk menjadi istri muda.
Namun, karena tidak ingin tinggal dengan istri tua Sunan Kudus, Sunan Kudus tersebut membangun taman keputren di Kudus Timur, yang kemudian dikenal sebagai Desa Mlati.
Desa Mlati Lor Berdiri...
’’Setelah wafat, Raden Ayu Melati dimakamkan di Mlati Kidul,” ucap Nasikun juru kunci makam Raden Ayu Mlati.
Umar Yunani, Kasi Pemerintahan Desa Mlati Lor mengatakan Desa Mlati Lor berdiri sejak 1945 dengan kepala desa pertama bernama Ali Nasikin.
Meskipun administratifnya kecil, Mlati Lor tetap terhubung dengan sejarah panjang dan nilai-nilai spiritual yang diyakini oleh penduduknya.
Tradisi ziarah dan penghormatan terhadap punden masih menjadi bagian integral kehidupan masyarakat hingga saat ini.
Mlati Lor, sebagai desa dengan warisan sejarah dan religius yang kaya. Ada sejumlah penyebar agama Islam maupun tokoh yang dihormati dimakamkan di sana.
Berperan Penting...
’’Ada empat tokoh yang berperan penting dalam penyebaran agama dan dihormati di Mlati Lor, yaitu Mbah Lebai, Mbah Jumput, Mbah Sedet, dan Mbah Budho,’’ ucap Umar.
Mbah Lebai, juga dikenal sebagai Mbah Panjang, adalah seorang kiai yang menikahkan Raden Ayu dengan Sunan Kudus.
Mbah Jumput, atau Sin Jun Pho dalam sebutan Tionghoanya, adalah asisten dari Sunan Bonang.
Mbah Sedet adalah cikal bakal Desa Mlati Lor. Mbah Budho memiliki makam dengan arah barat ke timur, yang unik dibandingkan dengan makam lainnya.
Keempat tokoh ini sering dijadikan tempat ziarah oleh masyarakat, khususnya untuk acara hajatan seperti pernikahan.
Selain tokoh-tokoh tersebut, Mlati Lor juga memiliki seorang ahli ilmu falak yang terkenal, yaitu KH Abdul Djalil Hamid.
Penulis: Arum Maulidatun
Editor: Zulkifli Fahmi