Murianews, Bengkulu – Masyarakat Suku Serawai di Bengkulu memiliki tradisi unik yang dilakukan pada malam takbiran dan tanggal 27 Ramadan, yaitu Ronjok Sayak.
Tradisi ini digambarkan dengan pembakaran gunungan batok kelapa sebagai bentuk ungkapan syukur dan penghormatan kepada leluhur.
Mengutip dari Wikipedia, Suku Serawai merupakan suku bangsa terbesar kedua di Bengkulu, yang sebagian besar bermukim di Bengkulu Selatan.
Konon, leluhur suku ini berasal dari tokoh bernama Serunting Sakti, yang dikenal dengan gelar Si Pahit Lidah.
Sementara Ronjok Sayak dalam bahasa setempat berarti batok kelapa. Dalam tradisi ini, batok kelapa disusun secara vertikal hingga membentuk gunungan tinggi, yang kemudian dibakar serentak setelah salat Isya.
Tidak seperti perayaan malam takbiran pada umumnya, Ronjok Sayak dilakukan dalam suasana khidmat.
Masyarakat berdoa selama pembakaran gunungan batok, dengan harapan doa mereka dapat tersampaikan kepada leluhur dan arwah keluarga yang telah meninggal dunia.
Makna religius...
Ronjok Sayak memiliki makna religius yang mendalam bagi masyarakat Suku Serawai. Selain sebagai wujud syukur kepada Tuhan, tradisi ini juga diyakini sebagai sarana penghubung doa dengan arwah leluhur.
Hingga kini, Ronjok Sayak tetap dilestarikan sebagai bagian dari warisan budaya Bengkulu. Tradisi ini menjadi daya tarik budaya yang memperkaya khazanah wisata religi di Indonesia.