Tradisi sungkeman ini sering terlihat saat momen hari raya Idulfitri atau Lebaran. Namun, di luar itu, tradisi sungkeman juga seringkali terlihat pada momen-momen lainnya.
Sungkeman dilakukan dengan cara orang yang lebih muda bersimpuh di di hadapan orang yang lebih tua dan mencium tangannya sambil mengucapkan kalimat permintaan maaf.
Pertama, sungkem merupakan sarana masyarakat Jawa dalam melatih kerendahan hati. Dengan melakukan sungkem seseorang yang melakukan gesture merendah kepada orang yang lebih tua.
Tradisi sungkeman masih terus dipertahankan masyarakat Jawa khususnya dalam merayakan Idulfitri. Sungkeman berasal dari kata sungkem yang artinya bersimpuh atau duduk jongkok sambil mencium tangan orang yang dituakan.
Murianews, Kudus – Ada banyak tradisi yang dimiliki bangsa Indonesia. Salah satunya adalah tradisi sungkeman.
Tradisi sungkeman ini sering terlihat saat momen hari raya Idulfitri atau Lebaran. Namun, di luar itu, tradisi sungkeman juga seringkali terlihat pada momen-momen lainnya.
Saat sungkeman orang-orang yang yang lebih muda datang ke rumah orang yang lebih tua. lalu apa sebenarnya makna dan sejarah dari tradisi sungkeman, khususnya saat Lebaran?
Melansir laman Puromangkunegaran, secara umum sungkeman merupakan prosesi saling memaafkan yang dilakukan orang yang lebih muda kepada orang yang lebih tua.
Sungkeman dilakukan dengan cara orang yang lebih muda bersimpuh di di hadapan orang yang lebih tua dan mencium tangannya sambil mengucapkan kalimat permintaan maaf.
Sementara tradisi sungkem yang dilakukan saat lebaran di Indonesia sejak dahulu memiliki makna mendalam.
Pertama, sungkem merupakan sarana masyarakat Jawa dalam melatih kerendahan hati. Dengan melakukan sungkem seseorang yang melakukan gesture merendah kepada orang yang lebih tua.
Tradisi sungkeman masih terus dipertahankan masyarakat Jawa khususnya dalam merayakan Idulfitri. Sungkeman berasal dari kata sungkem yang artinya bersimpuh atau duduk jongkok sambil mencium tangan orang yang dituakan.
Puro Mangkunegaran...
Umumnya, sungkeman dilakukan oleh anak-anak kepada orang tua atau orang muda kepada orang yang lebih tua. Biasanya, sungkeman dilakukan pada acara-acara penting seperti pernikahan dan Lebaran.
Sungkeman bertujuan untuk meminta maaf atas kesalahan ucapan atau tindakan yang dilakukan agar dosa dan kesalahan dapat terhapus serta mengharapkan doa kebaikan dari orang yang dituakan.
Momen sungkeman saat lebaran merupakan bagian dari tradisi silaturahmi untuk saling memaafkan. Pada mulanya dikembangkan oleh keraton-keraton di Jawa.
Menurut cerita, tradisi sungkeman sewaktu lebaran bermula dari Kasunanan Surakarta dan Puro Mangkunegaran.
Sungkeman dengan melibatkan kerabat, abdi dalem dan rakyat pernah dilakukan pada masa pemerintahan KGPAA Mangkunegara I (1757-1795). Setelah salat Idulfitri, Mangkunegara I berkumpul dan saling bermaafan.
Diawali sungkeman para istri dan putra dalem dilanjutkan para kerabat, punggawa dan rakyat. Tradisi ini menggambarkan kedekatan raja dengan kerabat, punggawa dan rakyat.
Tradisi sungkeman juga dilaksanakan di lingkungan Kasunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta dan Pakualaman. Bentuk dan pelaksanaannya sesuai ketentuan adat yang berlaku.
Pihak- pihak yang terlibat harus mengenakan pakaian Jawa lengkap. Raja duduk di singgasana dan yang hadir duduk bersila, diawali dengan sembah kemudian sungkem sembari mengucapkan kalimat maaf yang sudah baku.
