Minggu, 19 Januari 2025

Marak Joki Tugas-Skripsi, Praktisi UMK: Harus Dibongkar Akarnya

Murianews
Sabtu, 27 Juli 2024 19:14:00
Marak Joki Tugas-Skripsi, Praktisi UMK: Harus Dibongkar Akarnya
Ilustrasi Joki Tugas. (Istimewa/Freepik)

Murianews, Kudus – Fenomena joki tugas dan skripsi sudah tak asing di dunia pendidikan, terutama di perguruan tinggi. Dengan berbagai alasan, sejumlah oknum mahasiswa menggunakan jasa joki untuk mengerjakan tugas perkuliahannya, termasuk skripsi.

Praktik kotor yang sudah lama terjadi itu tentunya memberikan dampak yang negatif bagi dunia pendidikan. Sebab tak ada nilai kejujuran dan integritas yang terpupuk pada diri mahasiswa.

Fenomena itu memantik Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muria Kudus (UMK) Muthohar. Menurutnya, munculnya joki tugas maupun skripsi itu harus dibongkar dari akarnya.

Pemberian tugas dalam dunia pendidikan sendiri merupakan hal yang biasa. Namun terkadang, tugas yang diberikan justru tidak memiliki tujuan yang jelas.

Para mahasiswa justru akan menyepelekan tugas yang diberikan karena merasa hanya sekadar untuk dikumpulkan. Kondisi itu ditengarai menjadi alasan mahasiswa untuk memilih menggunakan jasa joki tugas.

’’Terkadang pengajar itu hanya memberi tugas tanpa tahu indikatornya apa, mengapa harus mengerjakan tugas ini sedangkan muridnya tidak diberi penjelasan materi maupun interaksi apapun. Ini tidak akan terjadi ketika dosen mampu membuat silabus yang baik dan tertata,’’ kata Muthohar, Jumat (26/7/2024).

Di sisi lain, penggunaan joki ini bisa jadi muncul dari diri mahasiswa itu sendiri. Mereka yang merasa kesulitan dan tak memiliki waktu mengerjakan, maka jalan pintasnya menggunakan jasa joki tugas.

’’Praktek ini dapat disebut sebagai bentuk kecurangan, sehingga ini harus jadi perhatian bersama. Adanya joki tugas ‘kan diawali dari adanya peluang, dari situ akarnya adalah mahasiswa merasa tidak mampu tapi ingin dapat nilai bagus,’’ jelas Muthohar.

Menurutnya, praktik seperti ini seolah menjadi bagian dari akademik yang sulit dihilangkan. Fenomena itu pun menjadi tantangan bagi seluruh akademisi agar tidak semakin mendominasi.

’’Salah satu caranya ya dengan melihat keaktifan mahasiswa di kelas, dari hasil tugasnya itu kan bisa ada interaksi antara dosen dan mahasiswa. Nah, dari situ pasti akan terlihat apakah benar hasilnya sendiri atau tidak,’’ ujarnya.

  • 1
  • 2

Komentar