Kitab tafsir Alquran tersebut berjudul Faidhir Rahman atau Faid Ar Rahman, yang disusun KH Sholeh Darat, gurunya pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan dan NU KH Hasyim Asy’ari.
Menurut Z Hidayah: 2021, RA Kartini merupakan sosok pertama yang memberikan masukan agar Alquran diterjemahkan dalam bahasa jawa dan disusun dalam kitab tersendiri.
Kartini pun tertarik mempelajarinya, karena ia sebelumnya memiliki pengalaman tak menyenangkan. Kartini dulunya kerap dimarahi guru mengajinya setiap kali bertanya arti dari sebuah ayat di Alquran.
Sejak saat itu, Kartini yang semula asing dengan agamanya, Islam karena tak mengetahui makna ayat-ayat Alquran, menjadi tahu setelah belajar tafsir dengan KH Sholeh Darat.
Murianews, Kudus – Raden Ajeng Kartini atau RA Kartini menjadi sosok penting dibuatkannya kitab tafsir Alquran berbahasa jawa untuk pertama kalinya di Indonesia.
Kitab tafsir Alquran tersebut berjudul Faidhir Rahman atau Faid Ar Rahman, yang disusun KH Sholeh Darat, gurunya pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan dan NU KH Hasyim Asy’ari.
Menurut Z Hidayah: 2021, RA Kartini merupakan sosok pertama yang memberikan masukan agar Alquran diterjemahkan dalam bahasa jawa dan disusun dalam kitab tersendiri.
Masukan ini disampaikan RA Kartini saat mengikuti pengajian KH Sholeh Darat, di mana saat itu sang Kiai menggunakan bahasa Jawa saat menjelaskan makna surat Alfatihah.
Kartini pun tertarik mempelajarinya, karena ia sebelumnya memiliki pengalaman tak menyenangkan. Kartini dulunya kerap dimarahi guru mengajinya setiap kali bertanya arti dari sebuah ayat di Alquran.
Sejak saat itu, Kartini yang semula asing dengan agamanya, Islam karena tak mengetahui makna ayat-ayat Alquran, menjadi tahu setelah belajar tafsir dengan KH Sholeh Darat.
Belanda melarang...
RA Kartini kemudian meminta KH Sholeh Darat agar membuat kitab terjemah Alquran dalam bahasa Jawa. Saat itu, ia berpendapat tak ada gunanya membaca kitab suci bila tidak diketahui artinya, terutama bagi masyarakat Jawa.
KH Sholeh Darat pun menyetujui masukan dari RA Kartini. Ia kemudian mulai Menyusun kitab tafsir Alquran tersebut.
Untuk menghindari penjajah Belanda yang secara resmi melarang orang menerjemahkan Alquran, KH Sholeh Darat menuliskannya dengan aksara Arab pegon atau tanpa harakat. Orang kerap menyebutnya Arab gundul.
Kitab itu kemudian dinamai, Faidhir Rahman atau Faid Ar Rahman. Kitab tersebut menjadi kitab tafsir Alquran pertama di Nusantara yang ditulis dalam bahasa Jawa namun beraksara Arab.
KH Sholeh Darat kemudian menjadikan kitab itu sebagai hadiah pernikahan RA Kartini dengan Bupati Rembang RM Joyodiningrat. KH Sholeh Darat mengutus Kiai Ma’sum untuk mengantarkan kitab tersebut sepekan sebelum pernikahan Kartini.